Priyadi Abadi, Dari Musisi Sampai Gencar Promosikan Wisata Muslim

0
Priyadi Abadi Chairman OF IITCF

Priyadi Abadi, Owner dan Direktur Adinda Azzahra Travel

Gencar Promosikan Wisata Muslim

Keluar dari zona mainstream membuat Priyadi Abadi lebih memilih untuk kuliah di pariwisata jurusan travel Universitas Trisakti di tahun 1992. Setelah lulus SMA di Duren Sawit Jakarta Timur, Priyadi yang hobi musik pernah merasa bimbang untuk memilih antara meneruskan sekolah musik, tidak sekolah lagi atau harus kuliah. Dari hobi musik, ia membentuk grup band sejak SMP yang masih ada sampai sekarang dan ada fasilitas studio band. Saat SMA Priyadi yang suka semua aliran musik juga kerap main musik dari café ke café, acara weeding, gathering kantor, terutama alat musik gitar dan piano.

Namun dari pengalaman seniornya para musisi yang memiliki idealisme, ia melihat musik belum bisa menunjang hidup yang layak. Di Indonesia ia melihat berbeda dengan di luar negeri yang musisinya benar-benar dihargai. Ia pun hanya menjadikan musik sebagai hobi untuk menghibur orang, membuat orang senang, dan meluapkan emosi kita.

Kampanye Wisata Muslim. Sebelum lulus kuliah, Priyadi sempat bekerja sebagai freelance di sebuah perusahaan travel. Saat itu ia menjadi guide turis asing untuk city tour Jakarta ke Monas, berbagai museum di Jakarta dan lainnya. Setelah bekerja berpuluh-puluh tahun di perusahaan travel umum, Priyadi merasa prihatin pada saat kita bepergian dan tadabbur alam kita melalaikan kewajiban untuk sholat dan tidak memperhatikan soal makanan halal.

Priyadi lalu terinspirasi membangun perusahaan travel dengan tagline wisata muslim di tahun 2010 yang diberi nama Adinda Azzahra Travel. Perusahaan travel milik Priyadi ini merupakan pelopor wisata muslim Indonesia yang khusus menggarap wisata muslim, bukan menangani umrah dan haji. Menurutnya belum ada travel muslim yang membuat seperti tour Eropa, tour Amerika, Asia ke Jepang atau Korea yang real muslim tour. Peluang itulah yang ditangkap Priyadi karena market kita besar sekali tapi belum digarap.

“Kita merupakan pelopor wisata muslim Indonesia. Karena saat tahun 2010 tidak ada yang konsen terhadap wisata muslim, kalau pun ada itu dibalut dengan umrah, misalnya travel A ada tujuan ke Turki karena umrah sekaligus plus. Pesawatnya Turkish maka transit di situ. Atau memang sengaja tujuannya Aqsha karena memang masjid ketiga bagi umat Islam,” papar Priyadi.

Priyadi berani memutuskan keluar dari perusahaan travel umum karena sudah memiliki jaringan, meski begitu banyak pihak yang mencibir, termasuk istrinya yang meragukan apakah usaha yang akan dibangun Priyadi bisa berjalan. “Memang berdarah-darah sekali, ya bertahap seperti bayi yang baru dilahirkan. Karena pertama, mindset masyarakat Indonesia kalau travel muslim itu mengurus umrah dan haji saja. Kalau mau di luar umrah dan haji mereka pergi ke travel umum, karena memang polanya seperti itu,” jelasnya.

Baca Juga  Kemenag Umumkan Penerima Moderasi Beragama Award 2023, Ini Daftarnya

Dirikan IITCF Sebagai Wadah Travel Muslim. Untuk mendukung pengembangan wisata muslim, Priyadi mendirikan Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) yang fokus pada edukasi karena PR yang pertama adalah edukasi SDM travel muslim karena mayoritas merupakan travel umrah dan haji. PR kedua mensosialisasikan atau mensyiarkan wisata muslim melalui media untuk mengajak masyarakat membangun kepercayaan kepada travel muslim dalam melakukan perjalanan ke mancanegara di luar umrah dan haji.

Menurut Priyadi, saat kita melakukan traveling wajib menegakkan sholat dan mengonsumsi makanan halal meskipun dengan berbagai keterbatasan. Tetapi Allah memberi kemudahan-kemudahan seperti misalnya soal berwudhu. Masyarakat perlu diberikan edukasi misalnya mengenai pemakaian air di Eropa yang dibatasi tidak seperti di Indonesia. Di Eropa pada saat musim dingin tidak bisa pakai air dan Allah memberikan kemudahan dengan tayamum.

Selain itu Priyadi ingin memakmurkan masjid-masjid di mancanegara. Melalui travel muslim disyiarkan mengenai seperti apa sebenarnya muslim Indonesia, apalagi saat ini Islam disudutkan teroris. Dengan misi besar Priyadi melihat meskipun basic-nya hanya mengenai sholat dan makanan tetapi jika ini dikembangkan luar biasa. Termasuk juga mengembangkan Islam Indonesia dengan berbagai etnis di Indonesia tapi bisa hidup rukun damai. Hal ini merupakan syiar Islam kita yang membawa nama baik Indonesia ketika bertemu komunitas muslim di mancanegara.

“Misalnya saat sholat Jumat kita kumpul dan diskusi, kita memperkenalkan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia dan kita membawa nama bangsa juga. Kita perkenalkan budaya Indonesia, misalkan pada saat sholat Jumat saya pakai batik ciri khas Indonesia. Saya mencoba perkenalkan keindonesiaan kita, jadi dakwahnya luas. Baik tentang agama, Indonesia, pariwisata dan kita bisa masuk ke segala hal melalui wisata muslim ini,” tandasnya.

Berkat konsistensi Priyadi mengembangkan wisata muslim Indonesia, menginjak tahun ketiga Adinda Azzahra Travel memperoleh banyak penghargaan, salah satunya dari Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI). Priyadi juga membangun akses seluas-luasnya untuk pengembangan wisata muslim, baik dengan pemerintah, praktisi maupun akademisi, apalagi saat ini ia juga aktif sebagai dosen.

Selain IITCF sebagai wadah travel muslim di Indonesia untuk mengembangkan wisata muslim, Priyadi juga menjadi dewan pembina konsorsium Muslim Holiday sebagai unit usaha dari IITCF.

Baca Juga  Kolaborasi Nugroho dan Harijanto Arby untuk Smash Ketidaksejahteraan di Jakarta Barat

“Unit usaha IITCF ada travel muslim, muslim holiday, kita juga mengembangkan transportasi, akomodasi dan lembaga pelatihan. Kita juga masih merangkak, intinya kita semangat untuk mensyiarkan wisata muslim sebagai pemain, bukan penonton karena pihak asing sekarang dari travel-travel umum menggarap wisata muslim. Peningkatan kualitas SDM penting dan kalau kita tidak bersatu suatu saat akan menjadi penonton di era MEA ini. Untuk itu IITCF fokus pada pengembangan skill dan mensosialisasikan serta mengajak pengusaha-pengusaha travel muslim untuk menggarap wisata muslim, jangan hanya umrah dan haji saja. Kalau pasarnya tidak diambil akan diambil orang lain baik asing ataupun kompetitor dari kalangan travel umum,” papar Priyadi.

IITCF mengadakan pelatihan-pelatihan dengan tema yang dibahas berbeda-beda seperti tentang destinasi wisata muslim baik sejarah masjid-masjid atau tentang tour leader penanganan wisata muslim di mancanegara atau nusantara. Tema lain tentang leadership, strategi marketing dan tentang digital marketing yang menjawab tantangan zaman now. “Jadi IITCF lebih kepada edukasi dan sosial dengan mengadakan kegiatan sosial terutama saat liburan seperti mengadakan bazaar sembako murah, bazaar baju layak pakai dengan harga murah, santunan anak yatim, donor darah dengan biaya sponsor dan donatur yang bersimpati kepada kita karena IITCF merupakan asosiasi nirlaba yang berkomitmen untuk mengembangkan wisata muslim,” terang Priyadi.

Saat ini juga sudah berdiri IITCF Foundation yang mengelola dana-dana sponsor para donatur yang merasa simpati. Para donatur banyak berasal dari luar negeri karena merasa berkepentingan dengan market Indonesia yang begitu besar, apalagi IITCF mengembangkan wisata muslim yang berkontribusi pada pengembangan wisata muslim dalam bentuk pendidikan, edukasi dan sosial.

IITCF tidak menerapkan iuran tahunan karena bukan asosiasi, tetapi merupakan pelatihan training center untuk memberikan manfaat bagi pelaku usaha travel muslim. “Kalau bentuknya asosiasi khawatir nanti kita terkotak-kotak, sekarang beberapa asosiasi perjalanan saya lihat mulai ada, ya silahkan aja karena saya tidak mengambil posisi di sana. Saya melihat bahwa teman-teman travel muslim ini adalah saudara yang menjadi mitra kita, bukan kompetitor. Market kita ini luas sekali Insya Allah Allah telah menjamin rezeki kita. Saya lebih senang kalau teman-teman muslim ini yang mengelola wisata muslim bukan orang lain atau orang asing. Saya ingin merangkul teman-teman dalam rangka pengembangan wisata muslim,” tambah Priyadi.

(Sun)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here