Jakarta – Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, tentunya tidak bisa dilepas pisahkan dari peran serta, kiprah dan pengorbanan para santri yang berjuang mengorbankan jiwa dan raga demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karenanya, peringatanan hari Santri yang akan berlangsung pada tanggal 22 Oktober 2020, menjadi momentum bersejarah bagi perkembangan santri di seluruh Indonesia.
Ungkapan tersebut, dikemukakan anggota Komisi Kepolisian Nasional Repulik Indonesia (KOMPOLNAS RI), Mohammad Dawam, kepada wartawan, Rabu (21/10/20).
Dawam menuturkan, sebagai seorang alumni pesantren Matholiul Falah Kajen-Pati yang saat ini mendapat amanah sebagai salah satu Anggota Kompolnas RI, periode 2020-2024, mencermati hari santri yang akan diperingati tanggal 22 Oktober 2020, sesungguhnya jika dipetakan, santri itu ada 3 kategori.
Tiga kategori santri yang dimaksud adalah:
• Santri yang mendalami pemahaman agama secara utuh, tidak melihat kanan dan kiri tetapi secara serius mendalami ajaran agama untuk kemaslahtan umat bagi diri dan lingkungannya (Tafaqquh Fiddin).
• Santri yang suka ber-Organisasi, yang tidak banyak membaca Kitab Kuning. Ia tidak membaca Kitab Kuning secara langsung, tetapi memiliki kader. Kader-kader tersebut bisa masuk di berbagai komponen bangsa untuk ikut serta andil dan aktif membantu pemerintah di dalam menyikapi masalah-masalah kehidupan real yang terjadi di masyarakat. Dalam arti, tidak hanya mengikuti dirinya sendiri di posisi-posisi tertentu, tetapi memaknai makna dari mana santri itu berada.
• Santri yang tidak Tafaqquh Fiddin dan tidak ber-Organisasi, tetapi ia sebagai Orang Tua Asuh bagi masyarakat dan lingkungan.
“Dari ketiga tipikal santri diatas, pada peringatan hari santri ini yang menjadi satu momentum bersejarah, saya berharap semua santri di seluruh Indonesia, menjadi bagian warga Negara Indonesia yang memiliki peran-peran penting dan strategis. Oleh karenanya, jangan sampai menjadi santri yang minder dan tidak memiliki satu konsentrasi dalam mendukung penyelenggaraan bernegara. Jadilah Santri yang aktual untuk zamannya, untuk Indonesia,” ungkap Gus Dawam, sapaan akrab di kalangan Santri.
Menurutnya, menjadi seorang santri, adalah sebuah simbol perlawanan kepada praktik kezaliman, perlawanan kepada ketidak adilan, sekaligus sebagai pelayan masyarakat.
“Semua santri Insya Allah akan siap melayani dalam kapasitas apapun yang ia miliki. Siap memberi kontribusi dalam konteks apapun dalam hal pemikiran, pelaksana kegiatan maupun dalam hal perbaikan sosial kemasyarakatan. SANTRI UNGGUL INDONESIA JAYA,” harapnya.