Timredaksi.com – Ketua pembina Yayasan Thawalib Guspardi Gaus menyampaikan apresiasi atas kunjungan rombongan keluarga besar KH Zarkasyi ke perguruan Thawalib di Provinsi Sumatera Barat Kota Padang Panjang.
“Ini adalah silaturahmi yang istimewa mempererat hubungan ponpes moderen Gontor dan Thawalib yang tidak bisa dipisahkan karena salah seorang pendiri Gontor (KH Imam Zarkasyi ) pernah belajar di Perguruan Thawalib pada tahun 1930,” kata Guspardi terbitkan, Jum’at 5/8/2022.
Poltisi PAN itu menceritakan bahwa KH. Imam Zarkasyi selalu lekat dengan perguruan itu, Karena disamping beliau merupakan murid yang pandai sehingga menjadi santri teladan ketika belajar di Thawalib, KH Imam Zarkasyi melanjutkan kuliah di Normal Islam School (Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah) yang dipimpin Prof. Dr.Mahmud Yunus.
“Setelah menamatkan kuliah di Norma Islam School KH. Imam Zarkasyi dipercaya oleh Mahmud Yunus menjadi direktur Kweek School Muhammdiyah di Padang Sidempuan. Kemudia beliau pamit untuk pulang ke Gontor guna mengembangkan pondok pesantren peninggalan leluhurnya,” ucapnya
Anggota komisi II DPR menilai KH. Imam Zarkasyi merupakan sosok luar biasa. Pasalnya diusia yang muda beliau dengan tekat yang kuat memberanikan diri pulang ke Gontor untuk mengembangkan pendidikan ditanah leluhurnya.
“Mereka berhasil mempelopori perubahan sistem pembelajaran di surau atau langggar dengan sistem belajar secara ‘halaqah’ berubah menjadi sistem pembelajaran moderen dan dilaksanakan di kelas,” ujarnya
Lebih dalam Hi. GG (sapaan akrab) menceritakan dizaman Indonesia masih dijajah dan kolonial Belanda juga sangat membatasi perkembangan pendidikan Islam.
Ia mengungkapkan Haji Abdul Karim Amrullah didukung ulama Minangkabau dalam mengembangkan pendidikan pondok pesantren dengan modernisasi, mereformasi sistem pendidikan Islam.
“Sekitar tahun 1930 perguruan Thawalib dipenuhi para santri dari berbagai penjuru Nusantara seperti Malaysia, Brunei, Thailand. Pendiri Thawalib dan tokoh ulama di Minangkabau amat mempengaruhi KH. Imam Zarkasyi dalam membangun pondok pesantren Gontor Darussalam Ponorogo, Jawa Timur,” ungkapnya
Lebih lanjut disamping memakai sistem pembelajaran moderen, beliau menerapkan penggunaan dua bahasa pengantar yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Perkembangan ponpes modren Gontor memang sangat pesat dan luar biasa. Bahkan semenjak 2014 yayasan gontor juga telah berhasil mendirikan universitas Darussalam (UNIDA).
“Mudah-mudahan rombongan keluarga besar Thawalib juga akan melakukan kunjungan balasan ke pondok pesantren Gontor Darussalam. Kita berharab bisa melihat dan mempelajari model dan sistem pembelajaran serta manajemen yang diterapkan di ponpes moderen Gontor Darussalam Ponorogo, Jawa Timur. Insyaallah juga akan melakukan MoU antara perguruan Thawalib dengan Ponpes modren Gontor Darussalam dalam rangka pengembangan sistem pendidikan yang lebih baik,’ pungkasnya (ror)