Korean Wave sebagai Inovasi Ekonomi Kreatif Menuju Indonesia Emas 2045

0

 

Oleh : Samantha Putri Fandy (Mahasiswa S1 Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Udayana)

Masa pandemi covid-19 ditambah isu peperangan yang terjadi antara Russia dan Ukraina tentunya sangat berpengaruh terhadap potensi ekonomi global. Setiap negara tentunya melakukan segala upaya agar negara tetap bertahan dikala krisis.

Contoh yang kita dapat lihat mengenai bahayanya krisis moneter adalah bangkrutnya Sri Lanka, disana kita lihat bahwa negara tersebut bangkrut dikarenakan tidak mampu untuk membayarkan utang.

Guna menghindari hal tersebut tentunya peran inovasi dari ekonomi kreatif sangat penting untuk menjaga kestabilan perekonomian global.

Tentunya inovasi-inovasi yang baru harus dilakukan support secara penuh oleh pemerintah sebagai bentuk menjaga kestabilan suatu negara. Indonesia bisa melakukan pengadopsian seperti negara-negara sukses dalam pengimplementasian ekonomi kreatif di negaranya seperti korea selatan.

Kebangkitan budaya Korea Selatan di Indonesia baru-baru ini menunjukkan bagaimana Korea Selatan menggunakan globalisasi untuk menghidupkan kembali ekonominya, dengan memanfaatkan ikatan yang kuat dengan Indonesia. Pada tahun 2011, ekonomi Korea Selatan tumbuh sebesar USD 73.3 miliar karena peran pemerintah dalam mendorong diplomasi dan peran media dalam mempromosikan budaya mereka.

Indonesia bisa merasakan manfaat dari era globalisasi yang sama dengan Korea Selatan, karena Agnes Monica, penyanyi yang sukses internasional, lahir di negara itu. Namun, musik Indonesia tidak mendapatkan tingkat dukungan yang sama, sehingga Korea Selatan dan Indonesia bekerja sama dalam industri kreatif untuk membantu pertumbuhan ekonomi mereka.

Kolaborasi ini memberikan dampak yang signifikan bagi Indonesia, dimana membantu mengembangkan potensi Indonesia seperti memajukan industri film dan fashion Indonesia.

Baca Juga  Pesan KH. Syahid Cianjur pada Perayaan Idul Adha 1442 H di Masa Pandemi

Contoh lain bagaimana kedua negara bekerja sama adalah pemutaran film Indonesia di Korea Selatan. Warga Korea Selatan terlihat sangat antusias mengenal Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya YouTuber Korea Selatan yang mempromosikan budaya Indonesia. Oleh karena itu, mereka dapat membangun potensinya untuk mendongkrak perekonomiannya dari sektor budaya melalui diplomasi publik.

Sayangnya, diplomasi publik Korea Selatan di Indonesia juga tidak selalu berjalan mulus, dan ada beberapa kelompok yang juga menentang hal ini karena diyakini dapat mempengaruhi nasionalisme anak bangsa.

Di Indonesia, kota-kota besar telah menyaksikan gelombang besar orang Korea dalam beberapa tahun terakhir, kemungkinan karena popularitas aktor Korea di daerah tersebut. Pergeseran gaya hidup ini berdampak signifikan terhadap cara hidup dan cara berpikir masyarakat Indonesia. Puncaknya terjadi pada tahun 2012 dengan munculnya boy band dan girl band versi Indonesia yang mengikuti budaya Korea Selatan.

Berdasarkan informasi tersebut, kemungkinan besar masyarakat Korea Selatan dipandang dengan asumsi negatif.
Debut drama Korea “What is Love” tahun 1997 di Cina merupakan peristiwa penting yang menandakan dimulainya Gelombang Korea. Tahun ini melihat kebangkitan budaya populer Korea di seluruh dunia.

Krisis keuangan di Asia berdampak signifikan terhadap perekonomian Korea, yang sebelumnya bergantung pada kombinasi tenaga kerja murah dan skala ekonomi di industri manufaktur. untuk fokus pada industri kreatif.

Pemerintah Korea telah mendirikan sebuah yayasan untuk membantu menumbuhkan industri kreatif Korea. Ini akan membantu menciptakan lapangan kerja baru dan mendukung pertumbuhan kreativitas di Korea. Pada tahun 2003, drama Korea Winter Sonata ditayangkan di NHK Jepang, yang sangat meningkatkan popularitas drama Korea di Jepang. Istilah “Hallyu” digunakan untuk menggambarkan pengaruh budaya Korea terhadap budaya Jepang.

Baca Juga  Mulai 24 April 2020, Seluruh Kereta Api Jarak Jauh Tidak Beroperasi Kecuali Angkutan Barang

Kata “Hallyu” digunakan untuk menggambarkan berbagai fenomena seperti fenomena “Hallyu Boom”, “Bintang Hallyu”, “Drama Halyu”, dan “Hallyu Cosme”. Kata Hallyu (한라이스) berasal dari karakter Cina han (한) dan lyu (루), yang bersama-sama berarti “gelombang dingin yang tiba-tiba”.

Tentunya ekonomi kreatif diperlukan proses dan tidak bisa secara instan sukses tercapai tanpa melalui proses yang panjang. Hal itu dikarenakan kita memerlukan mengetahui identitas negara kita baik sebagai negara yang bermacam-macam budaya. Pemerintah perlu memberikan support bagi siapapun sebagai warga negara Indonesia dalam menciptakan ekonomi kreatif agar kita bisa mewujudkan Indonesia yang maju.

Contoh yang dapat kita ambil yaitu dari singapura, dilansir dari wartawan senior Kontan Cipta Wahyana mengatakan ekonomi kreatif Singapura berjalan sangat maju. Singapura sebelumnya menyiapkan ekosistem penunjang ekonomi kreatif sejak tahun 2013 sebelumnya akhirnya diluncurkan pada 2017. Meski demikian, pemerintah Singapura juga tak lantas lepas tangan.

“Pemerintahnya memberi insentif dengan mengucurkan anggaran hingga 80%, mengambil risiko jika gagal bayar, dan juga upaya yang dilakukan oleh pemerintah singapura adalah dengan memberikan diskon pendaftaran merk. Dan kini, Singapura telah menyiapkan roadmap 2030”.

Contoh produk ekonomi kreatif dari Korea Selatan dan Singapura dalam mensupport ekonomi kreatif tentunya dapat di contoh di Indonesia dan diharapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif dapat menjawab inovasi ekonomi kreatif di Indonesia agar Indonesia menjadi lebih baik.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here