Berpeganglah Pada Tali Agama Allah dan Jangan Bercerai Berai
Oleh: Ketum DPN BMI Farkhan Evendi
Hari ini kita dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat berat akibat pandemi covid. Hal itu tidak sekedar dirasakan oleh masyarakat bawah saja, namun kalangan atas juga kesulitan, karena virus corona itu dinilai tidak pandang bulu menyerang siapa saja. Mungkin memang ini sudah takdir Allah atau mungkin ada tujuan kepentingan.
Terlebih dalam situasi yang dirasakan semakin sulit oleh sebagian masyarakat, terkadang mungkin ada yang mulai tidak lagi mempedulikan mana yang haram dan mana yang halal. Bahkan kadang tampak sengaja dengan ego dan kesombongannya mulai menampakan keberanian untuk melawan bahkan menantang tuntunan agama dalam kehidupannya.
Secara yuridis formal bisa saja dalam KTP nya tertera beragama Islam, namun dalam ucapan dan perbuatannya sama sekali tidak mencerminkan seorang muslim, bahkan ada cenderung yang melecehkan bahkan menghina ajaran agamanya sendiri. Tidak sedikit pula banyak fitnah keji yang berseliweran dengan segala kepentingannya. Mungkin ini bagian dari tanda-tanda munculnya fitnah akhir zaman.
Dalam situasi seperti ini, bagaimana seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim ? Untuk menjawabnya sebenarnya sederhana saja, yaitu agar kita selalu berpegang teguh pada ajaran agama, dan tetap bersatu sehingga bisa menghindari perpecahan alias bercerai berai. Hal ini disampaikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam QS. Ali ‘Imran 3 : Ayat 103 yang berbunyi :
وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا
” Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai “.
Jika diterapkan dalam kehidupan sehari -hari, hal ini bisa dimaknai bahwa dalam kehidupan harus selalu berpegang teguh pada ajaran agama. Artinya ketika kita menghadapi suatu keraguan dalam melihat suatu fenomena, maka dalam menentukan sikap sebaiknya kita selalu mencari dalil untuk dasar dalam menentukan segala sesuatu tersebut pada ajaran agama, baik yang tertuang dan al Qur’an maupun hadist Rasulullah SAW. Ingatlah selalu bahwa yang HAQ adalah yang terdapat dalam Al Qur’an atau hadist yang shahih.
Di samping itu, umat Islam pun diperintahkan untuk mentaati pemimpinnya selama perintahnya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama alias perintah ke arah kemaksiatan. Selama perintahnya benar dan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, maka setiap muslim diwajibkan untuk mematuhinya. Hal ini tertuang dalam hadist HR. Bukhari, no. 2955 yang berbunyi :
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حَقٌّ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِالْمَعْصِيَةِ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Patuh dan taat pada pemimpin tetap ada selama bukan dalam maksiat. Jika diperintah dalam maksiat, maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan ”
Juga firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam QS. An-Nisa’ 4: Ayat 59 yang berbunyi :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُ ولِى الْاَ مْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِ نْ تَنَا زَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَا لرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَـوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا
” Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya ”
Itulah sekelumit tulisan singkat untuk mengingatkan kita semua agar senantiasa berada dalam garis lurus, yaitu selalu berpedoman pada al Qur’an dan hadist dalam kehidupan sehari – hari. Jadikanlah sebagai rujukan atau literatur untuk melihat atau menilai sesuatu yang boleh atau tidak. Apalagi ketika sedang dihadapkan pada suatu pilihan sulit dalam hidup, maka dasar pilihan kita harus selalu merujuk pada ketentuan agama agar kita selamat dunia dan akhirat, serta senantiasa ada dalam ridlo-Nya. Aamiin YRA.