Tantangan Baru Muslim RI dan Dunia Di Hari Ied
Oleh : Farkhan Evendi Ketum DPN Bintang Muda Indonesia
Hari Raya Idul Fitri yang kita jumpai tahun ini atau 1443 H / 2022 M menjadi tantangan besar bagi umat Islam di Indonesia dan juga muslim di dunia. Berbagai fenomena dalam kehidupan sehari-hari menjadikan umat muslim dihadapkan dengan persoalan yang besar.
Di India dan Pakistan sedang mengalami badai panas yang membuat sebagian besar penduduk di sana memilih berada di rumah daripada keluar. Sedangkan di Eropa dan Amerika sudah mulai kesulitan mendapatkan bahan pokok makanan (sembako) karena efek perang antara Rusia vs Ukraina.
Di Palestina kaum muslimin merayakannya ditengah ancaman senjata Israel. Di Afrika, mulai nyata krisis akibat perang Rusia dan Ukraina. Padahal, Afrika merupakan negara pengimpor gandum yang menjadi bahan pokok.
Dunia sedang memasuki fase siap pingsan bareng-bareng itulah suasana Idul Fitri kita di tahun ini.
Di Indonesia, kaum muslimin merayakannya ditengah melonjaknya harga sembako dan energi termasuk ancaman krisis pangan akibat tingginya harga pupuk dan berbagai kebijakan yang menginjak kaum petani.
Lalu, apakah kita akan berpangku tangan melihat berbagai persoalan tersebut dan memandangnya dengan pesimisme?. Tentu pesimisme hanya mengobarkan keruhnya suasana dan melemahnya daya juang.
Oleh karena itu, krisis kedepan di hari nan fitri ini harus ditemukan solusinya agar kita dapat jalan bersama dengan suasana yang lebih aman, nyaman da damai.
Maka, momentum idul fitri kali ini harus kita manfaatkan untuk rekonsiliasi nasional. Seperti rekonsiliasi Aceh yang berhasil antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah setelah adanya bencana Tsunami.
Kuncinya adalah kebersamaan dan momentumnya tepat berbarengan dengan suasana Idul Fitri. Kita perlu menjaga harapan untuk terus melangkah dan planet ini harus diisi orang-orang muslim yang optimis dan selalu percaya akan Rahmat Allah SWT.
Kita telah berhasil melalui bulan Ramadhan dengan baik dan kita tentu merasakan bahwa pentingnya semangat solidaritas dan menjaga hati agar berbagai tantangan kedepannya dapat kita lewati dengan baik.
Kita tengah seolah merangkak diatas salju karena persatuan tak jua diraih. Maka untuk meraih paripurna di Bulan idul fitri maka BMI menyampaikan hal berikut:
Pertama, kurangi perhatian pemerintah kepada kebutuhan para buzzer. Berkah persatuan negeri ini hilang akibat hadirnya buzzer- buzzer bayaran dan sudah waktunya pemerintah tak lagi memenuhi kebutuhan para buzzer yang mengorbankan persatuan dan bersihnya hati masyarakat dalam ber -NKRI untuk kepentingan para buzzer itu sendiri.
Kedua, rekonsiliasi atau persatuan bangsa harus diutamakan. Kita lihat betapa SBY dengan hati nan suci mengunjungi Hendroprayitno yang selama ini sang jendral adalah pendukung keras pemerintah.
Ketiga, Negara harus berani membangun harmoni dengan segenap elemen umat islam tanpa menganaktirikan salah satu golongan.
Keempat, Jokowi harus mengajak seluruh ketua umum partai untuk diskusi, berembuk duduk bareng menghadapi tantangan didepan mata yakni krisis global kedepan termasuk krisis perang dunia ketiga dan krisis perubahan Iklim. Karena bila poin utama menghadapi tantangan kedepan utamanta di momen idul fitri tidak terwujud maka bagaimana kita punya visi kedepan bisa atasi krisis bersama-sama.
Kelima, BMI mendorong segenap elite pemerintah untuk sowan ke Ulama dan masyaikh untuk meminta saran akan solusi kedepan bukan kemudian hanya terus mendengar kaum korporat yang terus menyengsarakan rakyat.
Keenam, BMI menyampaikan terimakasih pada ketum Demokrat AHY, Mbak Ani, Mas Ibas dan segenap elemen Fraksi Partai Demokrat baik di Dewan pusat, provinsi dan daerah yang membantu masyarakat menghadapi ramadhan dan idul fitri.
Ketujuh, BMI mendorong silahturrahmi nasional antara oposisi dan pemerintah untuk duduk bareng membicarakan berbagai persoalan bangsa.