FeaturedPendidikan

RESENSI BUKU : Menakar Kepemimpinan Prabowo dalam Isu-isu Papua

63
×

RESENSI BUKU : Menakar Kepemimpinan Prabowo dalam Isu-isu Papua

Share this article

RESENSI BUKU

Judul Buku: Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua

Penulis: Dr. Socratez Yoman

Penerbit: Pustaka Larasan

Terbit: 2024

Tebal: 176 halaman

 

ISBN: 978-623-8161-92-8

Menakar Kepemimpinan Prabowo dalam Isu-isu Papua

Oleh: Muhammad Irvan Mahmud Asia / Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Agraria & Sumber Daya Alam (PPASDA).

Konflik di tanah Papua yang tak berkesudahan merupakan persoalan pelik. Bermula dari sejarah integrasi hingga menjadi bagian NKRI, berbagai persoalan konflik, ketimpangan pembangunan, pelanggaran HAM, hingga pendekatan militeristik telah menyatu dalam jalinan masalah yang kompleks.

Sejak era Presiden Sukarno hingga Joko Widodo, arah kebijakan negara dalam penanganan konflik di Papua masih berperspektif keamanan dan pendekatan pembangunan ekonominya juga amat parsial. Dan hasilnya justru konflik terus terjadi, pelanggaran HAM pada rakyat biasa, serta pembangunan yang tidak inklusif.

Dalam konteks inilah, buku yang ditulis Dr. Socratez Yoman (2024) berjudul Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua menjadi menarik untuk ditelaah secara mendalam dan bagaimana sosok Presiden Prabowo Subianto, apakah menjadi bagian dari solusi atau tantangan itu sendiri yang digambarkan dalam buku ini.

Socratez Yoman adalah seorang tokoh gereja dan pembela HAM asal Papua yang dalam buku ini membuka berbagai tabir memilukan atas ketidakadilan yang dialami rakyat Papua selama puluh tahun. Sang gembala dengan fasih dan epik menjelaskan semua problem di Papua dengan bahasa yang sederhana.

Langkah Baru

Ditengah euphoria pemerintahan baru Republik Indonesia (RI) dibawah nahkoda Presiden Prabowo Subianto, ada yang bertanya-tanya mungkinkah mantan jenderal kopasus ini melakukan pendekatan militersitik seperti para presiden pendahulunya (terkecuali era Presiden Gusdur) dalam penyelesaian persoalan di tanah Papua? Sebagian pihak terutama dari para aktivis dan/atau pegiat HAM, bahkan media melihat sosok Prabowo akan melakukan hal yang sama seperti pendahulunya bahkan dicurigai akan lebih brutal.

Dr. Socratez Yoman yang sangat vocal menyuarakan ketidakadilan di tanah Papua melalui buku ini justru menyuguhkan pembacaan berbeda dengan para pengkritik Prabowo. Meski dengan nada agak skeptis, ia melihat pemimpin sekelas Prabowo masih mungkin mengambil pendekatan yang lebih manusiawi dan adil terhadap Papua.

Socratez Yoman dengan kepala dingin dan optimis melihat Prabowo sebagai pemimpin dengan ide dan gagasan untum menyelesaikan persoalan di Papua dengan pendekatan keamanan, hukum dan pembangunan ekonomi yang berkeadilan.

Baca Juga  Sadis! Ponakan Hendak Perkosa Tante Hamil 7 Bulan

Ia meyakini Prabowo Subianto dengan keluhuran budi dan karakter yang jujur dapat menyelesaikan akar konflik Papua Barat secara jujur, benar, adil dan bermartabat. Walaupun, keyakinan saya ini belum tentu benar dan belum tentu juga menjadi kenyataan. Namun demikian, ia juga berusaha, karena Tuhan selalu memberkati dan membuka jalan bagi setiap orang yang berjuang dengan tujuan-tujuan mulia untuk kehormatan martabat kemanusiaan (hal, 17).

Argumen penulis didasarkan pada pernyataan Prabowo dalam debat Capres 2024 (baca hal, 3 buku ini) dimana Prabowo mengatakan konflik di Papua menjadi rumit karena ada gerakan separatis atau ada campur tangan asing yang menginginkan Indonesia terpecah. Bahkan dalam pandangan Prabowo saat itu, kelompok separatis menyerang dan meneror masyarakat, perempuan, dan anak-anak. Untuk itu, memang ini masalah HAM dan kita harus lindungi rakyat Papua.

Jadi pendekatan keamanan, penegakan hukum dan pembangunan ekonomi menjadi kata kunci pendekatan Presiden dalam menyelesaikan konflik di Papua. Bahkan dalam pertemuannya dengan ormas keagamaan Muhammadiyah, Prabowo mempertegas bahwa ia akan melakukan pendekatan hukum yang soft (halus), pendekatan dengan penyelesaian yang damai (baca hal, 4).

Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua ini menilai Prabowo sebagai figur yang konsisten melihat Papua dalam bingkai integritas teritorial dan stabilitas nasional. Namun saat yang bersamaan, ketulusan Prabowo dalam pendekatan humanis, dialogis bahkan membuka peluang memberikan amnesti kepada pihak yang terlibat dalam kondlik di Papua menjadi angin segar dalam upaya penghormatan terhadap HAM rakyat Papua.

Salah satu kekuatan buku ini adalah upaya menyandingkan antara profil dan latar belakang Prabowo sebagai mantan jenderal dengan realitas kontemporer Papua yang menuntut pendekatan baru sebagaimana dikatakan sang Gembala di hal 18 buku ini “Kita harus membangun jembatan baru dan kalau sudah ada jembatan lama, jangan kita bakar jembatannya, tapi kita merawat itu supaya kita bisa melewatinya sehingga tetap menjadi penghubung dan bertemu, sehingga bisa mulai berkomunikasi dan membicarakan masalah yang ada”.

Dalam konteks inilah, penulis mengungkapkan bahwa kita harus memulai dengan paradigma, perspektif dan persepsi baru dalam melihat konflik Papua. Apabila kita ingin membangun dialog, baik rakyat Papua dengan Pemerintah Indonesia, kita harus berusaha melawan dalam diri kita yaitu sifat, watak, hati yang berpura-pura, munafik, perasaan sakit hati, benci, dendam kepada pihak-pihak yang lain yang berupaya dan berjuang menyelesaikan akar konflik Papua. Kita harus mendudukannya dalam suatu motivasi yang benar, murni, jujur dan terbuka. Karena kita bicarakan dan putuskan tentang nasib dan masa depan manusia, terutama rakyat dan bangsa Papua Barat. (hal 20)

Baca Juga  Perkosa Anak Kandung, Tahanan Ini Tewas di Tangan Tahanan Lain

Keunggulan buku ini terletak pada keberanian dan konsistensi penulis dalam menyuarakan kebenaran dari sudut pandang orang Papua. Gaya bahasanya lugas, penuh emosi, namun tetap mengedepankan argumen berbasis pengalaman dan fakta lapangan. Buku ini juga penting karena ditulis dari dalam Papua, oleh orang Papua, yang mengalami langsung dampak dari pendekatan kekuatan militer yang selama puluhan tahun dijalankan negara.

Meski demikian, buku ini memiliki keterbatasan. Penjelasan mengenai sisi sosial budaya dan harapan analisis yang lebih mendalam terhadap struktur kekuasaan pusat, atau opsi-opsi konkret penyelesaian damai yang bisa dinegosiasikan masih kurang. Namun justru di situlah kekuatan buku ini—menyuarakan hati nurani, bukan hanya angka dan strategi. Selain itu, buku ini cenderung memusatkan perhatian pada kebijakan pusat tanpa cukup mengkritisi struktur birokrasi lokal dan dinamika elite Papua sendiri.

Pada akhirnya, buku ini adalah bacaan yang mengajak kita berpikir ulang tentang bagaimana negara memandang Papua seperti harapan Dr. Socratez Yoman (lihat hal, 17) “Melalui buku-buku tentang fakta-fakta sejarah yang telah saya tulis, berharap bisa menjadi bekal dan gambaran bagi Prabowo Subianto sebagai presiden untuk bisa melihat dan memahami akar konflik Papua dengan persepsi dan berspektif berbasis data, kajian ilmiah, yang obyektif, benar, jujur dan adil”.

Papua bukan sekedar wilayah teritori yang harus diamankan, tetapi rumah bagi jutaan warga negara yang mendambakan keadilan dan penghormatan atas martabat mereka. Buku ini relevan dan penting dibaca oleh pengambil kebijakan, aktivis HAM, akademisi, insan media, pemuda dan masyarakat umum yang ingin memahami ulang persoalan Papua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *