Timredaksi.com – Hidayah Allah SWT bisa datang lewat berbagai cara. Seperti hidayah yang diperoleh seorang mualaf asal Bogor, yang akhirnya memutuskan memeluk Islam setelah memasang tato yesus di dadanya. Justru tato ini membuatnya bertanya-tanya akan tuhan dan menemukan jawabannya di dalam Alquran.
Pierre Reynaldi menceritakan kisah perjalanan menjemput hidayah islam melalui saluran youtube Vertizone TV yang dipublis pertama kali pada 12 Februari 2018 dan kini sudah disaksikan lebih dari 2,3 juta kali.
Kisah bermula ketika Pierre hampir saja tewas akibat obat terlarang. Ia harus dirawat selama 3 pekan hingga akhirnya tersadar akan kekeliruannya.
“Jadi ceritanya tahun 2013 Allah kasih saya harus merasakan manisnya rumah sakit selama 21 hari. Itu sakit yang dicari sendiri kali ya, namanya anak muda apa aja dicobain. Semuanyalah yang berbau-bau mabok. Kaya alkohol, obat, sabu, dan sebagai macam lainnya. Cuma karena penasaran.”ujarnya
Saat tersadar di rumah sakit, Pierre memikirkan tentang Tuhan. “Ketika saya melek di rumah sakit, oh saya masih hidup. Apa maksud Tuhan dengan semua ini. Apa sih maksud Tuhan menghidupkan saya lagi. Saya mikir, mungkin saya dikasih kesempatan kedua, kenapa Tuhan pengen saya balik, kasih kesempatan saya buat taubat.”
Dari pengalaman itu, ia pun berusaha menjadi seorang kristiani yang taat. Ia giat dan aktif kembali ke gereja, bahkan memasang tato bergambar Yesus di dadanya. Namun dari sinilah awal mula ia memikirkan agama yang selama ini ia anut.
“Saya bikin tato di dada, tapi malah tato ini bikin pertanyaan sendiri, kenapa saya bikin tato Yesus. Memangnya saya kenal dia? Saya cinta dia? Siapa sih dia? Memang dia tuhan? Dari mana kamu tahu dia tuhan? Malah bikin saya bertanya-tanya.” ungkapnya
Ia pun memulai perjalanannya mencari Tuhan. Al Kitab dibukanya untuk mencari tahu tentang Yesus yang selama ini ia anggap sebagai anak Tuhan. “Sampai akhirnya, belajar dari bibel, banyak kejanggalan, terutama trinitas. Saat baca, kok jadi, mohon maaf, jadi nggak masuk akal, nggak logis. Di situ saya males-malesan lagi ke gereja,” ujarnya.
Pierre pun kembali ke kehidupan lamanya. Taubatnya hanya dalam waktu singkat. Karena ragu akan Yesus, ia kembali ke kehidupan kelam. Namun tak lama kemudian, saat nongkrong, tak biasanya ia bertemu seorang teman muslim bernama Syakib.
“Ketika kita lagi begitu (mabok), tiba-tiba dia ngomongin agama, tiba-tiba dia tanya, ‘kenapa lu nyembah Yesus. Coba lu cari Yesus itu. Emang pernah Yesus klaim sebagai tuhan’.”
Mendengarnya, tersentaklah Pierre. Ia pun tersadar satu hal, bahwasanya ia tak pernah membaca di kitab sucinya tentang Yesus yang meminta untuk disembah. “Saya dalami lagi. Ternyata benar, tak ada satu ayat pun (yang menyatakan) Yesus mengklaim dirinya sendiri sebagai tuhan, atau menyuruh menyembah dirinya,” ujar Pierre yang kemudian menyebutkan ayat dalam bibel yang menyatakan ucapan Yesus hanya menyembah Tuhan.
Pierre pun mencari agama lain yang dapat diterima akalnya. Ia pun kemudian tertarik belajar tentang Islam dan memberanikan diri untuk membaca Alquran. Ia mengaku sempat kebingungan membukanya karena Alquran dibuka dari kanan dan bukan dari kiri. Namun begitu membacanya, ia langsung jatuh hati. Segala keraguannya mendapat jawaban di sana.
“Di surat Al Baqarah 23-24, wa inkuntum fii raibimmimmaa nazzalnaa ‘alaa ‘abdinaa fa’tuu bisuurati-min-mitslihii, wad’uu syuhadaaa’akum-min duunillahi in-kuntum shaadiqiin. Di ayat itu, Allah menantang dan memberikan jawaban, jika kamu meragukan Al Quran, coba kamu datangkan semisalnya. Pasti kamu tidak dapat membuatnya. Dan ini jadi pegangan saya,” tutur Pierre dengan hafalan Qur’an yang fasih.
Adapun keraguannya tentang Yesus, ia pun kembali menemukan jawabannya di dalam Alquran. Pierre bahkan menghafal ayat-ayat kitabullah tentangnya. Hasilnya, ia mendapati Tuhan yang selama ini ia cari, ialah Allah, satu-satunya yang berhak disembah dan diibadahi.
“Di dalam Al Ikhlas disebutkan Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan. Inilah definisi tuhan yang sebenarnya. Nggak berwujud, nggak bisa dilihat, tapi bisa dirasakan.”
Tahun 2015, Pierre pun bersyahadat tanpa ragu. Ia telah mempelajari Islam dengan sangat baik. Perjalanannya hingga mendapat hidayah pun bukan dalam waktu singkat. “Bagi saya, Islam adalah satu-satunya agama yang bisa diterima akal, tidak ada kontradiksi, sempurna mengatur seluruh aspek kehidupan.”
Di akhir wawancara, mata Pierre berkaca-kaca. Ia mengenang perjalanan panjangnya hingga menjadi seperti sekarang. “Ya Allah ambil deh, ambil yang Allah mau dari saya. Keluarga saya, pekerjaan, temen, saya nggak masalah, saya nggak peduli. Cuma satu, jangan keIslaman saya yang Engkau ambil. Saya nggak punya apa-apa kalau nggak punya Islam, Islam selamatkan hidup saya, Islam mengubah hidup saya 360 derajat. Mungkin kalau nggak ada Islam, saya nggak tau saya jadi apa. Mungkin bisa mati karena pergaulan bebas, mati karena narkoba. Saya nggak mau mati dalam keadaan kafir,” pungkasnya
Saat ini, Pierre memilih tinggal di sebuah masjid di Yogyakarta dan menghafal ayat-ayat Alquran dengan fasih.