Timredaksi.com – Sejak datangnya gelombang pandemi Covid-19, ribuan bahkan jutaan jamaah umrah dari penjuru dunia terhenti untuk melakukan Ritual ibadah umrah. Termasuk mengunjungi Jabal Rahmah.
Sebelum pandemi melanda, salah satu penyelenggara perjalanan ibadah umrah Multazam Utama Tour membawa ratusan jamaah ke Jabal Rahmah untuk melakukan muhasabah Cinta.
Bicara soal cinta, sepertinya tak ada kisah yang lebih romantis dari cerita manusia pertama, Adam dan Hawa, yang dipertemukan di Jabal Rahmah setelah terpisah ratusan tahun di dunia.
Kisah cinta memang selalu jadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Apalagi kalau menyangkut dengan peradaban manusia di masa lalu. Kisah cinta pertama yang diabadikan adalah milik Adam dan Hawa yang dipertemukan di bukit Jabal Rahmah.
Bukit Jabal Rahmah terletak di tepi Padang Arafah, sebelah timur Kota Makkah, Jabal Rahmah merupakan sebuah bukit di tengah lahan gersang.
Bukit Jabal Rahmah hanya setinggi 70 meter, sehingga bisa didaki menggunakan anak tangga. Mendaki Jabal Rahmah dari dasar hingga mencapai tugu Adam dan Hawa, biasanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit saja.
Di bagian puncak, terdapat suatu tugu yang terbuat dari beton persegi empat dengan lebar 1,8 meter dan tinggi 8 meter. Masyarakat setempat percaya, lokasi bertemunya Adam dan Hawa persis di titik tugu tersebut. Karena kisah inilah, banyak yang pecaya jika berdoa minta jodoh di Jabal Rahmah maka permintaannya cepat dikabulkan.
Padahal bukan hanya romantisme Adam dan Hawa, Jabal Rahmah juga jadi tempat bersejarah bagi perjalanan Nabi Muhammad SAW. Di sanalah dirinya menerima wahyu terakhir dari Allah, sekaligus penyempurna dari ajaran Agama Islam.
Kembali ke muhasabah, para jamaah Multazam melakukan muhasabah cinta dengan pembimbing yang membawakan renungan cinta orang tua kepada anak-anaknya, yang selama ini telah membesarkan anak-anaknya dengan susah payah, penuh perjuangan namun tetap penuh cinta kepada anak-anaknya.
Tak terasa banyak dari jamaah yang menangis merasakan muhasabah yang dipimpin oleh Ustadz Amir Makruf dan Ustadz Lukman Hakim. Mereka kembali lagi membawa kenangan para jamaah akan cinta kedua orang tua kepada anak-anaknya. Para jamaah terhanyut dalam renungan, sehingga tak terasa air mata mengalir dan sesekali terdengar isak tangis dari para jamaah.
(Ham)