Jakarta, Timredaksi.com – Habib Salim Barakwan menuturkan, dalam sebuah kesempatan Anas bin Malik bertanya pada Rasulullah,”Dimana ya Rasullah engkau bisa kami jumpai nanti di akhirat nanti?”
Rasulullah pun menjawab, “Aku akan sibuk dengan nasib ummat-ummatku nanti. Aku akan ada di tiga tempat ini. Kamu cari saja aku di sana, di Telaga Al Kautsar kemudian ketika di Mizan (timbangan) dan di Shirath (jembatan yang di bawahnya neraka). Syafaatku akan ada di sana”.
Betapa ummatnya Rasulullah, ditengah rasa haus yang berkepanjangan karena masa penantian di akhirat nanti yang lama, begitu meminum seteguk air dari Telaga Kautsar nanti hilanglah rasa hausnya selama-lamanya. Terus ketika Rasulullah, mendapati ummatnya di Mizan sementara timbangan kebaikannya belum cukup untuk dia masuk syurga maka syafaat Rasulullah yang akan menggenapkannya. Demikian pula ketika ummatnya meniti shirath maka Rasulullah pun akan memberikan syafaatnya agar dia bisa menitinya engan lancar.
Air dari Telaga Kautsar dimana wanginya lebih harum dari harumnya kasturi, lebih manis dari madu.
Bagaimana cara Rasulullah mengenal ummatnya? Sebagaimana dalam hadist berikut:
وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا. قَالُوا : أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : أَنْتُمْ أَصْحَابِي ، وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ . فَقَالُوا : كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ مِنْ أُمَّتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ؟ قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ : فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ
Saya berharap bahwa kami sudah bisa melihat saudara-saudara kami”. Mereka (para sahabat) berkata: “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu, wahai Rasulullah?”.
Beliau menjawab: “Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kami adalah mereka yang belum datang (lahir) saat ini”.
Mereka berkata: “Bagaimana engkau mengetahui orang yang belum ada saat ini dari umatmu, wahai Rasulullah?”.
Beliau menjawab: “Tidakkah engkau melihat, jika seseorang memiliki kuda bertanda putih pada muka dan kaki-kakinya berada diantara kuda-kuda hitam pekat, tidakkah ia bisa mengenal kudanya ?, Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Mereka akan datang dengan wajah putih bersinar dan kaki tangan bercahaya pada bagian air wudhu, dan saya menunggu mereka di Telaga. (HR. Muslim 249).
Jadi, marilah kita senantiasa bershalawat dalam keseharian kita, karena selain beramal baik sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah, shalawat adalah pengingat dan pendekat kita dengan Beliau.
Sebagaimana cerita yang mahsyur di Madura dulu, kisah seseorang nenek penjual bunga yang senantiasa berjamaah saat dzhuhur di sebuah masjid, usai berjamaah dia kerap mengumpulkan daun-daun yang berserakan dengan tangannya satu persatu. Satu ketika orang kasihan melihatnya, tua renta tertatih-tatih tapi masih mau memunguti daun-daun itu satu persatu. Hingga satu saat ketika akan melaksanakan kebiasaan itu, halaman masjid pun bersih dari sisa dedaunan itu.Alhasil, sang nenek pun menangis dan merajuk, “Kenapa daun-daun itu sudah bersih, apa nggak boleh aku beramal dengan membersihkannya”.
Pihak masjid pun akhirnya membiarkan sang nenek kembali memunguti daun-daun itu. Tapi, dalam satu kesempatan, seorang pemuka agama di situ bertanya pada si nenek, kenapa dia lakukan itu.
Si nenek pun menjawab, “Yah kyai, aku akan kasih tahu, tapi tolong pegang cerita ini jangan diberitahu ke yang lain, sampai aku meninggal. Aku bukanlah seorang ahli ibadah seperti sampeyan yang ibadahnya luar biasa. Aku juga bukan orang kaya yang dengan hartanya bisa membagi kedermawanan. Aku juga bukan orang yang berilmu tinggi dan bisa mengamalkan ilmunya itu. Aku hanya seorang nenek penjual bunga di pasar. Aku pernah dengar bahwa bershalawat pada Rasulullah akan menyebabkan syafaat datang ke kita. Aku ingin, kelak Rasulullah menjemputku berkat shalawat yang aku ucapkan setiap daun-daun yang aku pungut itu”.
Habib Salim pun menambahkan lagi, “Ketika Rasulullah dan ghirah agama kita dihina, maka kita wajib menunjukkan perlawanan kita. Selemah-lemahnya melaknat dalam hati kita.
Jadi…Macron berulah semacam itu, kita jangan diam, tunjukkan perlawanan kita sekemampuan kita. Yang bisa mengarahkan kekuatan lakukan dengan kekuatan. Yang punya kemampuan bersuara, bicaralah lewat kekuatan mulut dan tulisannya. Kita jangan bersikap masa bodoh. Karena khawatir, ntar syafaat itu nggak nyampe ke kita karena kita cuek pada Ghirah Agama kita”. (Intan/S:Transindonesia.com)