Uncategorized

Hubungan Psikologis Anak Usia Dini dengan Pengembangan Kurikulum PAI

248
×

Hubungan Psikologis Anak Usia Dini dengan Pengembangan Kurikulum PAI

Share this article

 

Oleh : Silvi Sofiatul Alawiyah

Dilansir dari kemdikbud.go.id yang memuat pengertian Pendidikan Anak Usia Dini, merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembelajaran yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Apabila dilihat dalam konteks pengembangan kurikulum PAI berbasis neurosains spiritual ada lima landasan yang menjadi penopangnya, landasan itu meliputi : landasan filosofis, religious, sosiologis, psikologis, dan neurofisiologis. Maka dari itu pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Dalam buku Sukmadinata tentang Pengembangan Kurikulum, bahwa atas dasar itu terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting dalam mengembangkan nilai-nilai moral dan spiritual pada anak usia dini, maka dibutuhkan adanya kurikulum yang baik sebagai penopang dan terstruktur yang mana akan mempengaruhi efektivitas pembalajaran. Herpratiwi menjelaskan dalam jurnalnya tentang teori belajar dan pembelajaran bahwa di dalam Pengembangan kurikulum PAI yang sesuai dengan tahap perkembangan anak usia dini dan mengintegrasikan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan serta interaktif adalah tuntutan yang harus dipenuhi.

Pendidikan Anak Usia Dini menjadi pondasi dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang sehingga menjadi permasalahan yang penting untuk diberi tidak lanjut. Diperlukan adanya psikologis pendidikan dalam upaya untuk memudahkan dalam mengenali dan menyikapi siswa sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Di lembaga pendidikan anak usia dini para pendidik dituntut dapat mengembangkan potensi anak, sehingga nantinya anak mampu menghadapi persoalan-persoalan kreatif. Guru PAI di PAUD haruslah memiliki pemahaman yang baik tentang materi PAI, serta kemampuan mengelola kelas yang efektif, perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik agar dapat membina hubungan yang harmonis dengan anak-anak, dan juga dengan orang tua siswa.

Baca Juga  Ini Respon Bupati Perihal Pembangunan Rumah Sakit NU Cianjur

Rousseau mengemukakan tahapan perkembangan anak usia 2,0 – 12,0 tahun adalah masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera, maka disebut pula dengan Masa estetik yang merupakan masa berkembangnya rasa keindahan dan masa peka bagi anak untuk memperoleh rangsangan (stimulasi) melalui seluruh inderanya (penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecap, dan peraba). Para ahli pendidikan anak usia dini menyebut masa ini adalah “the golden age” atau masa emas, karena masa ini adalah saat yang tepat bagi anak untuk mengembangkan aspek aspek perkembangannya secara menyeluruh.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan yang cukup pelik, diantaranya: Komnas PAI melalui Pusdatin mencatat bahwa sebagian besar kekerasan anak terjadi dilingkungan terdekat. Sekitar 62 persen kekerasan terhadap anak terjadi dilingkungan terdekat seperti keluarga dan sekolah, selebihnya 38 persen diruang publik. Oleh karena itu, dalam segi perubahan tingkah laku terdapat titik temu antara tugas-tugas psikologi dan tugas pendidikan. Melihat permasalahan yang terjadi diatas, maka ini bertolak belakang dengan pemikiran pendidikan yang ada, dimana hakikat anak yang harus dirawat, dididik dan diberikan haknya untuk mendapatkan pendidikan tapi ini justru sebaliknya.

Al-Ghazali, dan para pemikir muslim seperti Al-Biruni dan Ibnu Miskawaih yang memandang bahwa ruh dari pendidikan anak pada usia golden age tersebut ditekankan pada upaya penanaman akhlakul karimah, mengingat pentingnya pendidikan anak usia dini yang perlu dikembangkan oleh orang tua. Namun Abuddin Nata yang menyatakan bahwa pendidikan Islam tidak hanya terletak pada aspek akhlaknya saja melainkan dari aspek akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, serta keterampilanya. Sementara Ibnu Khaldun menggaris bawahi pada relevansi kurikulum pendidikan dengan keadaan sosial lingkunganya.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peletakan dasar pendidikan anak dalam Islam itu tidak hanya terletak pada aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya saja, melainkan perlu adanya penanaman akhlak dan moral sebagai pelengkap dalam proses pendidikan.

Baca Juga  PC PMII dan IKA PMII Cianjur Gelar Peringatan Maulid Nabi dan Doa Bersama

Hubungan antara kurikulum PAI dengan landasan psikologis anak usia dini sangat erat kaitannya, karena landasan psikologis menjadi dasar bagi perancangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Beberapa keterkaitan antara kurikulum PAI dan landasan psikologis mencakup antara lain :

1. Pengakomodasian Karakteristik Kognitif ; Kurikulum PAI harus dirancang untuk memahami tingkat pemahaman kognitif anak usia dini. Materi pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan kapasitas pemahaman anak agar pembelajaran dapat lebih efektif.
2. Aspek Emosional ; Landasan psikologis memperhatikan aspek emosional anak. Kurikulum PAI perlu memasukkan elemen yang mendukung perkembangan emosional positif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman dan nyaman.
3. Partisipasi Aktif ; Anak usia dini belajar melalui pengalaman langsung dan partisipasi aktif. Kurikulum PAI yang baik harus merangsang keterlibatan aktif anak melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat interaktif dan menyenangkan.
4. Pengembangan Sosial ; Landasan psikologis mengakui pentingnya pengembangan sosial anak. Kurikulum PAI dapat mencakup aktivitas yang mempromosikan kerjasama, komunikasi, dan nilai-nilai sosial yang sesuai dengan ajaran agama.
5. Penggunaan Bahasa yang Sesuai ; Kurikulum PAI perlu memperhatikan kemampuan berbahasa anak usia dini. Materi harus disampaikan dengan bahasa yang sesuai dan mudah dipahami agar anak dapat menginternalisasi nilai-nilai keagamaan.
6. Penghargaan Terhadap Kreativitas ; Landasan psikologis mengakui pentingnya kreativitas dalam pembelajaran anak usia dini. Kurikulum PAI dapat merangsang kreativitas anak melalui pendekatan pembelajaran yang mencakup seni, permainan, dan kegiatan kreatif lainnya.
7. Pembentukan Karakter ; Kurikulum PAI harus dirancang untuk mendukung pembentukan karakter dan moral anak. Materi ajar seharusnya memperkuat nilai-nilai keagamaan dan membantu anak menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memahami landasan psikologis anak usia dini, kurikulum PAI dapat dirancang dengan lebih baik, mengakomodasi kebutuhan perkembangan anak, dan mencapai tujuan pendidikan agama secara lebih efektif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *