Timredaksi.com – Ekonomi Islam menawarkan “kunci” untuk keluar dari problem ekonomi yang kini dihadapi dunia.
“Pendanaan berlebihan telah menciptakan model ekonomi yang mudah meletus, yang hanya bertindak untuk kepentingan laba yang diterima, tanpa mempertimbangkan biaya sosial dan manusia,” kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Konferensi Internasional ke-12 tentang Ekonomi dan Keuangan Islam melalui tautan video. Ahad (14/6/20).
Meskipun menyikapi perkembangan jangka panjang, pernyataan Erdogan dilatarbelakangi oleh kejatuhan ekonomi akibat pandemi COVID-19 di seluruh dunia.
“Untuk membiayai investasi infrastruktur besar jangka panjang, penggunaan produk seperti sukuk harus diperluas,” tambah Erdogan, merujuk pada obligasi syariah.
“Bertentangan dengan apa yang telah dijanjikan, distribusi pendapatan dan kekayaan secara bertahap memburuk di seluruh dunia, dan kesenjangan antara negara-negara melebar,” katanya.
“Setiap krisis yang dimulai di sektor keuangan dengan cepat menyebar ke sektor riil dan menciptakan barisan pengangguran baru,” katanya memperingatkan.
Awal tahun ini, lembaga pemeringkat Moody bahwa aset perbankan syariah Turki akan berlipat ganda dalam satu dekade, karena inisiatif pemerintah mendorong pertumbuhan di sektor ini.
Turki telah memposisikan dirinya untuk menjadi pusat partisipasi perbankan dan keuangan Islam. Turki juga berikan bantuan medis kepada 125 negara.
Erdogan mengatakan bahwa Turki adalah salah satu negara yang mengalami periode pandemi dengan kerusakan paling kecil.
“Selain memenuhi kebutuhan orang-orang kami sendiri, kami telah memberikan bantuan medis kepada 125 negara di seluruh dunia,” katanya.
Menunjukkan pertumbuhan kuartal pertama negara itu sebesar 4,5%, Erdogan mengatakan bahwa Turki telah menunjukkan bahwa negara itu membedakan dirinya secara positif dari negara-negara lain tidak hanya di sektor kesehatan tetapi juga dalam perekonomian.
“Dengan terwujudnya kalender normalisasi, sektor manufaktur, perdagangan, dan pariwisata mulai bangkit,” tambah Erdogan.
Pada hari Sabtu, Turki mengkonfirmasi hampir 176.700 kasus COVID-19 sementara pemulihan melebihi 150.000. Virus ini membunuh hampir 4.800 orang di negara ini.
Sejak pertamakali ditemukan Cina Desember 2019 lalu, pandemi ini telah merenggut lebih dari 430.500 nyawa di 188 negara dan wilayah.
AS, Brasil, dan Rusia saat ini adalah negara-negara yang paling terpukul di dunia.
Sekitar 7,81 juta kasus telah dilaporkan di seluruh dunia, sementara sekitar 3,72 juta orang telah pulih sejauh ini, menurut angka yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins AS.