Jakarta – Gerakan Soekarno Muda (GSM) menyatakan deklarasi yang berisi Menyuarakan Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA), Kembali Pada Tujuan UUD 1945, sebagai langkah dan pandangan serta pemikiran Dewan Pengurus Nasional (DPN GSM), dalam menyikapi situasi dan kondisi bangsa dan negara Indonesia saat Ini. Acara deklarasi dilaksanakan di Kopi Jink, Pondok Bambu, Jakarta Timur, Senin (10/8/2020).
Rikman Sanmas menyatakan, apa yang di maksud Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) oleh Bung Karno pada saat itu.
“Tri Sakti adalah dialektika dari amanat penderitaan rakyat (ampera) Tri Sakti, yaitu berdaulat dalam bidang politik. Berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan,” ucap Rikman.
Kedaulatan politik, kata Rikman, dalam hal ini adalah kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah jembatan emas untuk menuju kesejahteraan rakyat dan kemajuan peradaban bangsa. Dengan kemerdekaan dalam arti yang hakiki adalah kedaulatan politik dan teritorial sebagai negara bangsa maka kita tidak mau didikte oleh negara dan bangsa manapun di dunia ini.
“Kita berdiri sama tegak dan sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia untuk membangun sebuah peradaban dunia yang didasarkan pada perdamaian abadi dan keadilan sosial. Konsistensi pada cita-cita kemerdekaan inilah yang membuat Bung Karno keras hati dalam menentang setiap intervensi negara-negara neo kolonialisme imperialisme (nekolim),” paparnya.
Dalam konteks berdikari dalam ekonomi, lanjut Rakman, Bung Karno megutarakan bahwa bangsa Indonesia harus bersandar pada kekuatan, dana, tenaga yang memang sudah dimiliki dan sudah ditangan kita yang digunakan semaksimalnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam rancangan pembangunan ekonomi yang termanifestasi dalam Deklarasi Ekonomi (Dekon).
“Bung Kamo menempatkan kedudukan rakyat sebagai sumber daya sosial dan sumber daya ekonomi dalam pembangunan. Dalam Dekon Bung Karno mengatakan dalam melaksanakan revolusi di bidang sosial dan ekonomi selanjutnya, maka sesual dengan hukum revolusi- kita harus mempergunakan sepenuhnya semua alat revolusi yang sudah kita miliki itu, dengan selalu melandaskan perjuangan kita pada potensi dan kekuatan rakyat,” ucapnya.
Penegasan Bung Karno ini merupakan sebuah bentuk sikap dan terjemahan dari komsepsi politik berdikari, meletakkan potensi dan kekuatan rakyat Indonesia didalam menjalankan perencanaan pembangunan dan perekonomian.
Dalam kepribadian dalam kebudayaan, Bung Karno menegaskan bahwa budaya kita kaya raya yang harus digali dan pentingnya nilai-nilai kepribadian bangsa dalam kebudayaan.Pada tahun 1960-an Bung Karno dengan tegas melarang peredaran lagu-lagu dari Barat yang dia sebut sebagai musik “ngak ngik ngok”, the beatles, literatur picisan, dansa-dansi gila-gilaan.
“Menurut Bung Karno, musik dan produk kapital imperialis itu akan melemahkan semangat juang pemuda, menghancurkan kepribadian bangsa dan Bung Kamo juga meminta kepada pemuda untuk terus giat bekerja,” jelas Rikman.
Terkait kerjasama dengan negara-negarn imperialis, Bung Karno dengan tegas menolak dan mengatakan “Go to hel with your aid”, Pernyataan tegas Bung Kamo ini sering kali diartikan sebagai sikap anti Bung Karno terhadap bantuan asing, modal asing bahkan semua yang berkaitan dengan kerjasama asing. Bung Karno tidak anti kepada bantuan asing, modal asing maupun kerjasama dengan asing, tetapi Bung Karno anti kepada semua yang berbau asing tersebut jika memiliki tendensi politik yang ingin mendikte Indonesia, sebagaimana sikap Bung Karno menolak bantuan pembangunan semanggi dari Amerika Serikat yang memiliki prasyarat bahwa Indonesia harus mengikuti kebijakan politik Amerika.
“Bung Karno menginginkan dalam menjalankan pembangunan nasional, pembangunan tersebut memiliki prinsip yang tidak menyandarkan diri kepada bantuan negara atau bangsa lain. Pembangunan tersebut harus bersandar pada jiwa “self reliance”, jiwa percaya kepada kekuatan diri sendiri dan jiwa “self help”, berdiri diatas kaki sendiri,” ucapnya.
Sikap Bung Karno ini bukanlah sikap yang anti bantuan, modal dan kerjasama asing, akan tetapi lebilh pada penanaman sikap kemandirian dan manifestasi politik berdikari yang ingin dicapai oleh Bung Karno. Bung Karno tidak mengharamkan bantuan, modal dan kerjasama asing, tetapi lebih kepada menerima bentuk bantuan, modal dan kerjasama asing yang tidak bertentangan dengan arah politik dan tujuan revolusi nasional serta berdasarkan sama derajat dan saling menguntungkan. Hal ini terlihat pada kutipan Bung Karno dalam pidato Nawasara” adalah jelas, bahwa tidak menyandarkan diri tidak berarti bahwa kita tidak mau kerja sama berdasarkan sama-derajat dan saling menguntungkan” dan hal ini juga termaktub dalam Dekon yang menyatakan bilamana dengan kekuatan fund and forces nasional tidak mencukupi, maka harus dicarikan kredit luar negeri yang tidak bertentangan dengan politik kita.
“Dari prolog diatas, kami merasa perlu menyuarakan Amanat Penderitaan Rakyat (AMPERA) dalam deklarasi Gerakan Soekarno Muda (GSM) sebagai langka meneruskan perjuangan bung karno, membela kepentinggan rakyat banngsa dan negara. Olehnya itu dalam deklarasi yang dimaksud, kami akan menyampaikan pandangan dan butir-butir pemikiran kami yang terwadahi dalam Gerakan Sockarno Muda(GSM) terkait dengan kondisi dan situasi bangsa dan negara Indonesia saat ini,” pungkasnya.