Jakarta – Penyebaran infeksi pernafasan akibat virus Corona (COVID-19) ke berbagai belahan dunia memukul industri perjalanan pariwisata, termasuk Indonesia. Dampak terhadap sektor pariwisata dalam negeri sangat terasa, apalagi ada imbauan dan larangan bepergian dari pemerintah ke sejumlah negara.
Begitu juga dengan pelaku usaha travel umrah dan haji. Sejak adanya kebijakan Arab Saudi pada bulan Maret lalu untuk menutup sementara aktivitas umrah. Para penyelenggara perjalanan ibadah umrah tanah air kehilangan mata pencaharian.
“Dampak yang menonjol tantu di dunia travel karena dibatasinya kegiatan-kegiatan yang sifatnya perjalanan kemana-mana, ini sangat mempengaruhi kegiatan dunia travel apalagi kegiatan travel di bidang haji dan umroh. Sampai saat ini tidak ada transaksi kecuali transaksi untuk persiapan haji,” ucap Wakil Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) H. Imam Bashori di Jakarta, Kamis (2/4/2020).
Salah satu yang terkena dampak dari pandemi covid-19 adalah Multazam Utama Tour. H. Imam, selaku Komisaris Multazam Utama Tour menceritakan kondisi sekarang, dimana saat ini perusahaan merasa kesulitan memberikan gaji karyawan akibat tidak adanya transaksi. Namun, masing-masing travel memiliki kebijakan masing-masing atas kondisi ini.
“Maka bukan hanya karyawan saja yang kena dampaknya, karena para karyawan juga mempunyai anak isteri yang juga akan kena dampak ketika tidak ada gaji. Ini yang benar-benar kita fikirkan,” ucap pendiri usaha Travel Multazam tahun 1999.
Beliau menceritakan, sejak awal Maret para karyawan yang bekerja di Multazam Utama Tour sudah tidak diaktifkan lagi bekerja atau mengikuti kebijakan pemerintah yaitu Work From Home (WFH). Dan akan diaktifkan lagi setelah dibukanya umrah maupun haji oleh Kerajaan Arab Saudi maupun kebijakan pemerintah Indonesia.
“Semua karyawan kerja dari rumah kecuali mereka yang kita piketkan. Tapi secara umum lebih dari 60 persen tidak ke kantor, dari jumlah 30 kayawan yang terlibat di Travel Multazam hanya 4 yang ke kantor. Karena masih ada jamaah yang datang karena sedang pelunasan haji,” ungkapnya.
Meski keadaan semakin memburuk, Multazam Utama Tour tidak lepas tangan, saat bulan pertama adanya kebijakan penutupan umrah sementara, Multazam masih memberikan gaji full kepada para karyawan.
“Karena memang kami mengharapkan tanggal 14 Maret umrah buka kembali, ternyata ini berlanjut, semua jadwal pemberangkatan jamaah umrah direschedule dan kami Alhamdulillah masih bisa memberikan gaji full untuk bulan Maret,” ucapnya.
“Bulan berikutnya, semua karyawan dirumahkan (WFH) kecuali memang yang harus menyelesaikan tugas-tugasnya tentunya dengan gaji nego. Alhamdulillah masih banyak karyawan yang bersedia dan mereka menyadari situasi saat ini sedang sulit, mereka bisa memahami semua itu,” lanjutnya.
Di tengah kondisi yang terus berlanjut seperti ini, H. Imam tetap memikirkan para karyawan. Apa yang harus mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, Beliau mencoba memberikan solusi dengan memberikan peluang bisnis kepada karyawan untuk berjualan produk-produk menjelang bulan Ramadhan, seperti kurma dan lain-lain.
“Biasanya yang diburu umat Islam pada umumnya kurma, maupun kebutuhan secara umum yang lainnya. Semua dimodali perusahaan dan hasilnya diberikan langsung kepada karyawan. Ini untuk mengisi kekosongan, barangkali bisa meringankan kebutuhan mereka. Paling tidak sedikit meringankan beban mereka. Dalam kehidupan sehari-hari ada aktifitas yang dapat menghasilkan,” jelasnya.
Dengan situasi seperti ini, H. Imam berharap kepada pemerintah semoga bisa segera mengatasi wabah ini sehingga kegiatan bisnis atau usaha bisa berjalan lagi khususnya usaha di bidang travel. Karena untuk sekarang ini paling terburuk di dalam usaha travel , di travel mana saja, bukan hanya lokal tapi juga internasional.
Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menyebut seluruh agen travel saat ini sudah benar-benar terpuruk karena virus corona. Bisnis ini merugi hingga lebih dari Rp 4 triliun hingga Februari 2020.
Agen travel terpaksa melakukan pemotongan gaji pada seluruh karyawan tetap mereka. Pemotongan gaji karyawan itu diberlakukan sementara mengikuti? imbauan kerja dari rumah atau work from home (WFH) dari pemerintah di daerah masing-masing.
“Karena kebijakan WFH (work from home/ kerja dari rumah) sehingga kerja dari rumah dan memberlakukan unpaid leave (pemotongan gaji) untuk semua karyawan. Bulan lalu dipotong selama 1 minggu saja. Bulan ini 2 minggu. Sehingga mereka hanya dibayar 50% plus tidak mendapat uang makan atau transportasi,” ujar Pauline seperti dilansir detikcom.