Timredaksi.com – Mengelilingi kota Makkah merupakan program para penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para jamaah.
Berkeliling kota Makkah dapat menambah wawasan soal Islam bagi para jamaah serta menambah keimanan kepada Allah SWT.
Para jamaah umrah langsung live diajak mengelilingi kota Makkah, mengunjungi Jabal Rahmah, Museum, Goa Hiro serta melakukan napak tilas ke Tembok Zubaidah.
Salah seorang pembimbing jamaah umrah dari travel ternama di Jakarta, Ustaz Imam menceritakan sejarah Tembok Zubaidah secara rinci.
Ustaz Imam menjelaskan bahwa nama tembok Zubaidah berasal dari nama Ratu Siti Zubaidah, istri Sultan Harun al-Rasyid dari Bagdad yang membangun tembok untuk memudahkan jamaah haji.
“Tembok Zubaidah merupakan saluran air sepanjang sekitar 95 km dari Lembah Hunayn dekat Thaif hingga ke Makkah. Saluran air itu dibangun Ratu Zubaida ketika melihat jamaah haji pada era itu kekurangan air. Menakjubkan, selama sekitar 1.200 tahun, bangunan itu masih berdiri tegak,” ucap Ustaz Imam.
Saluran air itu melintas pula di bawah Jabal Rahmah tempat pertemuan Adam dan Hawa. Kemudian terus menyambung hingga Arafah. Dari sini, saluran airnya dibangun di pinggir gunung-gunung, sehingga terlihat memanjang seperti tembok China.
“Dikisahkan, mata air ini dibangun pada masa Abbasiyah oleh istri Khalifah Harun Al-Rasyid yang bernama Zubaidah. Kala itu, Zubaidah melakukan perjalanan haji dari Baghdad menuju Mekah”.
Tiba di Mekah, mendapati kota itu sedang mengalami krisis kekurangan air untuk minum para jamaah haji. Air sulit dicari dan harganya pun tak bisa dijangkau oleh para jemaah haji yang sedang membutuhkan minum.
“Melihat kondisi itu, muncul inisiatif baik dari Zubaidah untuk membuat proyek besar yakni membangun saluran air yang sumbernya diambil dari Wadi Nu’man (Lembah Nu’man) yang kemudian dialirkan ke tempat-tempat jemaah haji di Mekah, Arafat, Mina dan Muzdalifah”.
Pada masa itu belum ada listrik atau alat yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit air. Namun Zubaidah tak kehabisan akal, ia memanfaatkan tenaga kuda untuk menarik air dari Wadi Nu’man lalu dialirkan ke saluran di mana jemaah haji berada.
“Kecemerlangan ide Zubaidah membuat mata air ini dianggap sebagai salah satu ‘keajaiban’ yang pernah ada dalam sejarah Islam. Karena jasanya yang besar dalam membantu para jemaah haji, nama Zubaidah pun diabadikan sebagai nama mata air tersebut,” paparnya.
Sayangnya, lama-kelamaan mata air ini mulai jarang digunakan karena tergantikan dengan mata air-mata air lain yang ditemukan di Mekah.
Meskipun begitu, pemerintah Arab Saudi tetap mempertahankan keberadaan mata air yang berusia lebih dari 12 abad itu hingga sekarang.
Selain saluran Zubaida, di dekat kawasan itu, yang perlu dilihat adalah Jabal Qurban di kawasan Mina. Jika mengarah ke Masjid Ji’ronah, maka Jabal Qurban ada di sisi kiri. Di dekat stasiun Mina, ada sebuah tugu di atas bukit. Di sanalah, berabad-abad silam, Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail.
Kawasan Mina ini dipenuhi tenda-tenda yang dipersiapkan untuk para jamaah haji saat musim haji. Namun ada satu space kosong. Rupanya kawasan yang dikosongi itu, dulu adalah tempat Raja Abrahah dan pasukannya dibombardir oleh burung Ababil dengan batu dari neraka.
“Pemerintah Saudi tidak membangun secara khusus tempat-tempat bersejarah ini, karena khawatir menjadi tempat syirik. Kalau di Indonesia pasti sudah dibangun megah,” ucap Ustaz Imam.
Tidak ada pengistimewaan untuk tempat-tempat bersejarah tadi. Hal sama saya cermati ketika bertandang ke Jabal Rahmah, Jabal Nur yang di puncaknya ada Gua Hira, Jabal Tsur tempat Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA bersembunyi dari kejaran kaum Quraisy.