Refleksi Kehidupan Untuk Menggapai Kebaikan
Oleh: Farkhan Evendi (Ketua Umum Bintang Muda Indonesia)
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran yang artinya bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kita sebagai manusia juga pasti menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal. Semua yang hidup suatu saat pasti akan meninggal, dan semua perbuatan serta ucapannya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Sebenarnya kita semua sudah tahu dan kita semua menyadari bahwa esok atau lusa nanti kita akan kembali keharibaan-Nya. Meskipun waktunya tidak tahu pasti, dan dengan sebab musabab apa kita meninggalnya, namun kematian itu pasti akan datang kepada setiap mahluk Allah yang bernyawa. Persoalannya adalah meskipun kita sudah tahu dan kita sudah sadar, tapi hati dan fikiran kita seringkali bebal alias keras hati untuk tetap lurus dalam kebenaran.
Persoalan lain juga yang patut kita tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah kita akan mati dalam keadaan husnul khotimah (meninggal dalam keadaan baik keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT) atau justru sebaliknya yaitu suul khotimah atau akhir hidup yang jelek.
Berkaca dalam kondisi era media soasial (Medsos) yang sering lebih mewarnai hidup kita, terkadang berita medsos dijadikan rujukan dalam kehidupan. Bahkan, di era medsos ini coba kita perhatikan dan mengevaluasi diri kita masing-masing, mana yang sering kita lihat, kita buka dan kita baca, apakah al-Quran atau gawai kita.
Situasi saat ini dengan adanya pandemi covid-19, kita juga semakin menyadari betapa lemahnya kita dihadapan Tuhan. Kita yang berwujud besar ternyata masih bisa dikalahkan dengan makhluk yang berwujud nano mikro, berwujud yang tak dapat terlihat dengan bala mata kita secara jelas. Hal ini menambah kelemahan jiwa kita dan merontokkan kesombongan yang selama ini digaung-gaungkan bahwa kita mempunyai kekuatan melawan kematian.
Lalu ketika kita sudah mati, bagaimana kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh kedua malaikat di alam kubur sedangkan kita hanya mampu berbujur kaku tanpa daya dan upaya. Mungkinkah kita masih bisa berkelit dengan berbagai alasan, atau mungkin masih bisa menyewa pengacara untuk melakukan pembelaan di pengadilan akhirat kelak. Tentu tidak.
Sungguh hal yang sangat menarik, bahwa kematian juga bisa direkayasa sedemikian rupa hingga kita sendiri terkadang tak dapat membedakan apakah seseorang mati karena takdir atau karena dipaksakan mati yaitu dengan alasan jelas, pembunuhan.
Maka, manusia jangan bermain-main dengan nyawa dan mempertaruhkan nyawa hanya demi sedikit kerakusan di dalam diri kita. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan umat manusia itu tidak main-main, karena saat tiba waktunya semua akan kembali menghadap-Nya dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita. Hal ini tertuang dalam QS. Al-Mu’minun: 115 yang berbunyi :
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُون
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”.
Maka, langkah terbaik adalah mempersiapkan segala perbekalan yang diperlukan untuk di akherat nanti. Perbekalan tersebut bukan berupa uang, emas, jabatan atau aneka impian dunia lainnya, melainkan amal sholih kita yang dilakukan dengan ikhlas dan semua semata-mata untuk keridloan Allah SWT.
Aneka harta dan ilmu yang kita miliki pun bisa menjadi bekal amal sholih di akhirat kelak jika semua itu dilakukan dan digunakan untuk ibadah dan amal sholih. Tetapi jika tidak digunakan untuk itu, berbagai hiasan dunia tapi bisa menjadi fitnah bahkan menjadi beban di akhirat nanti. Tentu kita tidak menghendaki semua itu, maka gunakanlah semuanya untuk ibdah dalam rangka mendekatkan diri pada Allah SWT.
Ingatlah bahwa kematian bukanlah akhir segalanya, melainkan awal kehidupan abadi yang sebenarnya. Surga atau neraka merupakan tempat tinggal terakhir bagi setiap manusia. Jadilah orang yang terbaik, yang berprestasi dan sukses di hadapan Allah. Di tengah berbagai kompetisi hidup yang semakin ketat saat ini, sebaiknya kita berusaha untuk terus mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kesabaran dan ketaqwaan. Segala tindak tanduk perilaku kita di dunia ini pasti akan dimintai pertanggungjawaban.