Rakyat Tercekik Pinjol, Penguasa Terjerat Pinjaman Luar Negeri
Oleh : Farkhan Evendi (Ketua Umum DPN Bintang Muda Indonesia)
Pinjaman Online atau pinjol saat ini kerap digunakan masyarakat sebagai alternatif untuk mengatasi masalah keuangan, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup atau persoalan lain yang yang mengakibatkan seseorang harus melakukan pinjaman online.
Dengan menawarkan berbagai kemudahan, pinjaman online justru memakan banyak korban yang tak sanggup untuk membayarnya, sehingga tagihan semakin bertambah karena adanya denda, tagihan pun menumpuk, dan Debt Collector dalam menagih melakukan ancaman dan intimidasi sehingga banyak pelaku yang mengakhiri hidupnya dengan melakukan bunuh diri dengan melakukan gantung diri karena terjerat pinjaman online, khususnya pinjaman online yang ilegal.
Berkaca dari kasus pinjol yang sudah memakan banyak korban dan saat ini sedang ditangani aparat. Dapat dilihat bahwa kesalahan tersebut bukan semata-mata datang dari masyarakat yang melakukan pinjaman online. Namun juga kegagalan pemerintah, dalam hal ini Presiden dan Kementerian Koperasi dan UKM yang dinilai gagal dalam menjalankan misinya.
Kedua adalah bank pemerintah yang kurang sosialisasi akan dampak bahaya yang ditimbulkan jika melakukan pinjaman online, apalagi pinjaman online ilegal yang bunganya saja sangat besar. Bank Pemerintah juga kerap menyulitkan masyarakat dalam program UMKM sehingga masyarakat lari ke pinjaman online yang ilegal.
Ketiga adalah tingginya biaya Life style atau gaya hidup masyarakat masa kini yang amat konsumtif. Pengeluaran untuk biaya hidup sehari-hari lebih banyak dibanding dengan pemasukan. Mudahnya persyaratan dalam mengajukan pinjaman online juga menjadi hal yang membuat masyarakat semakin tergoda untuk melakukan pinjaman. Belum lagi, proses yang cepat dan mudah juga menambah deretan masyarakat berlari ke pinjaman online.
Dari ketiga hal itu, jeratan pinjol itu lambat laun akan memukul rakyat dan akar masalahnya yang tak selesai hanya akan membuat pinjol makin merajalela. Edukasi masyarakat dan regulasi dari pemerintah semestinya dapat menekan laju pertumbuhan pinjaman online yang kian menjamur.
Ditengah kondisi rakyat terjerat pinjaman online dengan bunga tinggi dan mencekik, Pemerintah pun terjerat dengan pinjaman luar negeri dengan bunga yang tinggi juga. Sehingga, nasib pemerintah seperti nasib rakyat yang tercekik dalam pinjaman berbunga tinggi. Negara akhirnya harus menutup lubang hutang dengan menggali hutang-hutang di lubang-lubang yang lain.
Secara kolektif penguasa dan rakyat kini terjebak dalam kejamnya dunia orang-orang licik yang pintar mempromosikan narasi dan godaan yang menghanyutkan,
Pinjol dan pijaman hutang luar negeri telah merobek harkat martabat bangsa dan rakyat. Harga diri rakyat dan bangsa Indonesia seketika rontok ketika ditagih Debt Collector. Rasa malu, panik, bingung, dan pusing pasti sangat dirasakan ketika ditagih Debt Collector.
Sesungguhnya, pinjol dan pinjaman luar negeri karena salah kelola dan terlalu berambisi. Perhitungan yang kurang cermat, kurang matang dan kurang hati-hati membuat terjelembab dalam pusaran hutang yang menyengsarakan.
Pinjol dan pinjaman luar negeri adalah langkah yang luar biasa membuat masalah sosial semakin tak tertolong.
Kemana kekuatan narasi ekonomi kerakyatan kita, Koperasi yang digadang-gadang sejak jaman dulu belum mampu memberikan dampak yang signifikan. Kehadiran pemerintah untuk memberikan solusi terhadap kehidupan ekonomi juga belum mampu dibuktikan.
Katanya mau sejahtera tapi kok mau menjebak diri dengan permainan syetan para bankir penjahat dan pengusaha gila. Kemana para anak cucu kita nanti hidup jika dua hal ini merajalela.
Ditengah fenomena hutang yang kian menggunung, seharusnya pemerintah memikirkan bagaimana menyelesaikan persoalan hutang yang berpotensi gagal bayar. Namun, pemerintah saat ini justru semakin sibuk mencari hutang baru, menggali lubang baru, dan mengobral aset hutangan.
Semoga, fenomena yang mengerikan ini, hutang rakyat di pinjol dan hutang negara ke luar negeri tidak berakhir tragis di tiang dengan seutas tali.