NewsPolhukam

Mewaspadai Provokasi Perang, Ancaman Dari Dalam dan Luar Sudah Nampak

476
×

Mewaspadai Provokasi Perang, Ancaman Dari Dalam dan Luar Sudah Nampak

Share this article

Timredaksi.com, Jakarta – Ancaman terhadap bangsa Indonesia sudah bisa dilihat saat ini, baik ancaman dari internal maupun dari luar.

Ancaman dari internal salah satunya datang dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang terus saja melakukan perlawanan terhadap TNI dan Polri, bahkan tak sedikit anggota TNI dan Polri yang sudah meregang nyawa di Papua. Belum lagi, aksi-aksi terorisme di sejumlah daerah yang kapan saja bisa melancarkan aksinya untuk memberontak dan menimbulkan korban.

Sedangkan ancaman dari luar bisa disaksikan melalui konflik Laut China Selatan, dimana Amerika Serikat dan China sedang terjadi konflik soal wilayah.

Belum lagi, ancaman pandemi covid-19 yang mampu memperlambat laju kehidupan masyarakat Indonesia, bisa saja ini juga disebut dengan perang yang datang dari unsur luar, meski kebenarannya terkait perang virus masih dianalisa oleh pihak terkait.

Ketua Umum DPN BMI Farkhan Evendi menyebut bahwa pertahanan Indonesia memasuki era sublim.

“Diambang perang dalam dan luar negeri, baik itu provokasi dari mereka yang kecewa dan ingin provinsinya merdeka, itu provokasi dari dalam, lalu dari luar selain perang virus kita berhadapan dengan ancaman perang fisik akibat gejolak Laut China Selatan antara AS dan China,” ujar Farkhan.

Baca Juga  Kritik Adalah Bentuk Kehidupan Berdemokrasi  

Menurut Farkhan, Laut China Selatan menjadi titik masalah dalam hubungan Amerika dan China. Amerika Serikat secara teratur menuduh China melakukan militerisasi Laut China Selatan dan mencoba mengintimidasi tetangga-tetangga Asia yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gasnya yang luas.

China juga secara teratur mengecam aktivitas militer AS di wilayah tersebut. China menyebut bahwa aktivitas militer AS tersebut tidak kondusif bagi perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.

Akibat konflik Amerika Serikat dan China, mau tidak mau, suka tidak suka, Indonesia menerima dampaknya, baik secara ekonomi, politik maupun militer.

Menurut Farkhan, secara ekonomi bangsa Indonesia di mata China kini sudah tak memiliki daya tawar yang kuat karena Indonesia telah berhutang besar kepada China. Atas hutang tersebut, membuat China berlaku sewenang-wenang atas kedaulatan bangsa Indonesia.

Farkhan juga menilai bahwa China bak debt collector yang datang dengan bebas ke laut yang menjadi wilayah Indonesia sampai dipersepsikan dengan lolucon bahwa China kini bertindak ala debt collector yang menagih hutangnya ke Indonesia, sedangkan Indonesia berpotensi gagal bayar sehingga dari segi aspek ekonomi, pertahanan Indonesia bisa dikatakan jebol.

Baca Juga  PCNU Kota Depok Sigap Hadapi Bencana dan Galang Dana untuk Korban Bencana Alam di Sukabumi

“Dengan formasi pemerintahan yang ada dan kita ketahui tidak memiliki strong leader, maka yang terjadi didepan nampak pesta musuh yang siap memangsa kita dan kita pun sudah lemah,” ujar Farkhan.

Secara moral, BMI melihat Indonesia berpotensi jadi bulan-bulanan terus oleh China, bahkan Indonesia tak bisa berkutik atas perlakuan China.

Namun, Farkhan optimis bahwa Indonesia memiliki masa depan yang baik, hal itu bisa terwujud jika seluruh rakyat Indonesia dan pemerintah kompak dalam menangani persoalan ekomoni, politik dan militer.

“Kita tak boleh kalah mesti ada spirit bahwa kita kokoh dalam kepalan tangan bersama,” ujar Farkhan.

Farkhan menyebut, persoalan internal harus segera ditangani oleh pemerintah, khususnya konflik di Papua yang sudah banyak mengorbankan anggota TNI dan Polri.

“BMI meminta pemerintah segera menangani konflik di Papua, sudah banyak anak bangsa yang telah gugur akibat konflik tersebut,” pungkas Farkhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *