FeaturedNews

Kondisi Ekonomi di 2026 Belum Membaik, Berbagai Instrumen Investasi Akan Mengalami Koreksi Signifikan

31
×

Kondisi Ekonomi di 2026 Belum Membaik, Berbagai Instrumen Investasi Akan Mengalami Koreksi Signifikan

Share this article

Timredaksi.com, Jakarta – Tahun 2026 merupakan tahun penuh tekanan bagi perekonomian global dan pasar keuangan. Indikator menunjukkan risiko koreksi tajam di berbagai jenis aset investasi, karena perubahan kebijakan moneter global, ketegangan geopolitik, dan likuiditas melemah.

Hal itu diungkapkan oleh Reiner Rahardja, mentor sekaligus pengusaha muda yang bergerak dalam berbagai lini bisnis seperti GeneralTrade, Mining, Agribisnis|Marine&Fishery, Importer, Farmery, Technology, Investor, dan Blockchain ini pada acara seminar “Navigating 2026 Economic Horizon: Strategic Preview for Entrepreneurs” yang digelar di Neo+ Hotel Kebayoran Baru, Jakarta selatan, Selasa, 16 Desember 2025.
disampaikan bahwa kondisi makro global yang memburuk akan berdampak langsung ke perekonomian nasional. Pelemahan nilai tukar rupiah, tekanan terhadap daya beli, serta semakin ketatnya arus kas menjadi tantangan utama bagi dunia pengusaha, terutama sektor UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Di dunia, ada beberapa faktor utama yang dapat mengguncang pasar dalam kurun 10 sampai 12 bulan ke depan dan membuat instrumen investasi seperti emas, bitcoin, dan pasar finansial juga akan bergejolak.

Baca Juga  Nusron Wahid Soroti Suntikan Modal Negara Buat Ambil Alih Citilink

Faktor-faktor tersebut meliputi mid-term election Amerika Serikat, Piala Dunia 2026, arah kebijakan kabinet baru The FED, dan resiko kenaikan suku bunga Jepang yang dapat mengakhiri era Yen Carry Trade. Reiner memperkirakan Japan Rate Hike ini akan menarik kembali aliran likuiditas global ke negara asalnya.

Menurunnya arus likuiditas ini akan menekan aset berisiko seperti saham, kripto, dan komoditas spekulatif. Tiongkok juga kembali menegaskan larangan pada aktivitas kripto, khususnya stablecoin, karena Tiongkok menilai stablecoin berisiko bagi stabilitas ekonomi dan arus keuangan Tiongkok.

Disisi lain, ada kekhawatiran tentang AI bubble dimana isu ini muncul karena bisnis model kecerdasan buatan ini belum terbukti mendukung untuk menghasilkan arus kas berkelanjutan secara berkesinambungan, penggunaan AI masih sangat primitif di masyarakat maupun institusi namun biaya pengembangan AI sudah diluar akal sehat.

Dampaknya, banyak aset investasi yang akan masuk fase koreksi besar. Emas akan mengalami fase koreksi yang cukup signifikan diikuti oleh bentuk asset logam lainnya yang lebih volatile, indeks saham global pun akan turun yang tentu memicu penurunan lebih drastis pada asset spekulatif seperti Bitcoin yang tidak memiliki routine earning, tapi berbasis feeling.

Baca Juga  Perkosa Nenek 60 Tahun yang Tunanetra, Pria Ini Diamankan Polsek Mauk Polresta Tangerang

Kondisi ini dapat memicu efek spiral terjadi, jika aksi jual institusional terjadi di pasar yang sedang bearish, maka efek spiral kebawah tidak dapat dihindarkan. Dalam situasi ini, Reiner menilai pendekatan spekulatif akan semakin berisiko dan hindari dulu mengambil posisi investasi pada berbagai aset, tunggu sampai harga koreksi tercapai atau biasa disebut buy bottom, jangan buy the top.

Meskipun tekanan ekonomi meningkat, peluang tetap ada pada sektor bisnis. Beberapa sektor yang dinilai masih berpotensi menguntungkan pada 2026 di antara lain adalah industri kecantikan dan kebugaran, layanan kesehatan usia lanjut (anti-aging), pendidikan anak dan remaja, serta sektor berbasis perilaku konsumsi masyarakat.

Reiner Rahardja menegaskan bahwa 2026 bukan sekadar tahun sulit, melainkan periode seleksi alam. Pelaku usaha dan investor yang mampu beradaptasi dan membangun fundamental pendapatan, dinilai memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan tumbuh ditengah siklus ekonomi yang menantang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *