Jangan Terhanyut Dalam Perbuatan Keji dan Mungkar
Oleh Ketum DPN BMI Farkhan Evendi
Manusia di dunia pada dasarnya mempunyai hasrat yang didorong untuk selalu berperan dan berusaha sesuai dengan bidang yang diinginkannya masing-masing secara maksimal. Namun satu hal yang harus diingat adalah bahwa kewajiban manusia itu untuk “berusaha”, sementara hasilnya diserahkan pada Allah SWT karena Allah tahu apa yang terbaik untuk umat manusia yang telah diciptakannya.
Hal ini sebenarnya memiliki makna bahwa harta, jabatan, kekayaan atau keberhasilan itu bukanlah tujuan dari usaha itu sendiri, sebab tujuan yang sebenarnya adalah ketaatan kita dalam melaksanakan kewajiban untuk senantiasa berusaha dengan penuh keikhlasan sesuai perintah Allah.
Apapun bentuk kekayaan atau kehormatan di dunia ini hanyalah titipan dan amanah. Semua tidak ada yang kekal, kecuali amal sholih yang ikhlas dan perbuatan yang semata-mata dilakukan hanya untuk mendapatkan Ridho Allah SWT.
Semua yang ada di dunia ini bersifat sementara, dan yang kekal itu hanya kelak di akhirat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.”
(QS.An-Nahl : 96)
Dari ayat ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa apapun yang kita miliki pada akhirnya akan kita tinggalkan, baik cepat ataupun lambat. Ataupun berpindah tangan dan berganti nama kepada keluarga, saudara atau orang lain. Jika hari ini kita memiliki sebidang tanah misalnya, maka percayalah bahwa suatu saat kepemilikan sebidang tanah tersebut pasti akan berpindah tangan.
Sertifikat tanah atau akta jual belinya tidak akan kita bawa ke liang Lahat bersama jasad kita. Bahkan ketika pertama kali Allah menurunkan Nabi Adam AS ke bumi, disebutkan bahwa bumi ini adalah tempat tinggalnya untuk menikmati apa yang telah disediakan, sampai pada waktu yang telah ditentukan, sebagaimana tercantum dalam QS.Al-Baqarah ayat 36 yang berbunyi :
وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
“Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan “.
Segala sesuatu yang Allah ciptakan memiliki batas tertentu. Oleh karenanya sikap terbaik kita adalah untuk tidak menyia-nyiakan apapun yang kita miliki saat ini, sebelum semuanya berakhir.
Ketika Allah memberi kita jabatan atau harta, maka yakinilah bahwa semua itu ada waktunya. Manfaatkanlah jabatan dan harta itu untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagai bekal amal sholih di yaumul akhir nanti dan harus dipergunakan sesuai dengan perintah-Nya guna mendapatkan ridlo Allah SWT. Aamiin YRA
Begitupun ketika kita memiliki waktu, gunakanlah waktu yang sangat terbatas tersebut sebaikmungkin. Jangan sia-siakan waktu dengan kegiatan yang mubazir, hilang berlalu tanpa memberikan makna apapun dalam kehidupan kita. Hanya orang-orang yang mengkhayati makna dalam kehidupannya bisa menghargai waktu. Waktu akan terus berjalan, silih berganti hari demi hari, bahkan tanpa terasa tahun demi tahun terus berlalu, hingga akhirnya kita akan memenuhi panggilan untuk menghadap Allah SWT.
Begitupun dengan nikmat sehat yang kita miliki saat ini. Ingatlah bahwa kesehatan kita pun sangat terbatas. Suatu saat disengaja ataupun tidak, dikehendaki ataupun tidak, mungkin kita akanmengalami sakit. Maka manfaatkanlah nikmat sehat yang kita miliki saat ini untuk meningkatkan kesyahduan kita dalam beribadah kepada-Nya. Ketuklah pintu langit itu tidak sekedar saat kita sakit. Justeru perbanyaklah menghadap-Nya saat kita sehat.
Begitupun dengan pangkat dan jabatan yang kita miliki saat ini, semua pasti ada batasnya dan akan berpindah tangan pada orang lain. “Kursi empuk kekuasaan dan kehormatan” yang kita duduki saat ini, sudah ditunggu dan diantri oleh para yunior yang sama ingin menduduki kursi kita saat ini. Esok atau lusa, kursi itupun akan kita serahkan kembali pada orang lain dengan bungkusan seremoni “serah terima jabatan”, maka semua itu tidak ada satupun yang patut kita sombongkan, karena semua pasti akan berakhir.
Jangan biarkan kita menghadap di pengadilan-Nya dengan berlumuran dosa. Tidak ada lagi yang bisa kita sembunyikan. Tidak ada lagi saudara atau kerabat yang akan membela kita, kecuali amal sholih kita sendiri.