News

IBNU KHALDUN DAN ANCAMAN NEGARA AMBRUK

1001
×

IBNU KHALDUN DAN ANCAMAN NEGARA AMBRUK

Share this article

Ibnu Khaldun Dan Ancaman Negara Ambruk

Oleh : Ketum DPN BMI Farkhan Evendi

Sejarawan muslim dari Tunisia Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Khaldun mengungkapkan bahwa dalam proses sebuah kehidupan akan terjadi siklus, yaitu terjadinya masa kejayaan dan juga masa kehancuran dari sebuah kondisi yang ada.

Pendapat ini diyakini oleh hampir semua kalangan lapisan masyarakat. Terlebih, sudah banyak bukti kongkrit yang hingga kini terjadi, dari masa kejayaan Yunani hingga kejayaan Romawi, bahkan tak menampik yaitu masa kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara.

Jika kita tarik benang merah dari masa dulu ke masa kini yang terjadi di Indonesia, tentu hal ini bisa menjadi cermin bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi pemerintah dapat menjadi pelajaran yang berharga untuk belajar sejarah mengenai kemajuan dan kehancuran sebuah tatanan kehidupan.

Di Indonesia saat ini sedang mengalami tingginya mabuk kemewahan, kekuasaan dan demoralisasi elite maupun rakyat sehingga sesuai dengan pandangan Ibnu Khaldun hal ini dapat membuat negara ambruk atau hancur berkeping-keping.

Kehidupan bermewah-mewahan serta bermegahan pasti membawa kehancuran, hal ini sudah tertuang sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.

Baca Juga  Kate Middleton dan Gaya Hidup Sehat

“Bilamana Kami berkehendak menghancurkan sebuah kota (peradaban), Kami suruh (jadikan) orang-orang yang bergelimang dalam kemewahan dan melampaui batas, tetapi mereka durhaka, maka pantaslah mereka menerima adzab kemudian Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya.”(QS 17:16)

Sebagaimana apa yang telah difirmankan Allah SWT, maka kita sesama penduduk Warga Negara Indonesia senantiasa untuk saling mengingatkan dan menjaga keutuhan NKRI supaya tidak terjadi sebuah kehancuran dan kehinaan.

Dimasa pandemi Covid-19, disaat jutaan rakyat menjerit karena kesusahan, kelaparan dan kebingungan untuk menjalankan roda kehidupan supaya dapat berjalan, namun ditengah-tengah itu terjadi sebuah ironi. Ketika Komisi antirasuah KPK merilis harta kekayaan pejabat negara yang naik drastis selama setahun ditengah wabah pandemi. Bahkan, sebanyak 70,3 persen para pejabat pemerintahan Jokowi mengalami kenaikan harta hingga milyaran rupiah. Sungguh ironi.

Rasa Kemaruk atau serakah harta dan kuasa terjadi karena nafsi-nafsi, bukan karena narasi, negara harus melewati masa tuanya yang rawan menuai prediksi Ibnu Khaldun, tanda-tandanya sudah nampak dipelupuk mata. Sentuhannya sudah terasa di jemari dan suaranya sudah menggaung di ufuk.

Dari balik dinding renungan Ibnu Khaldun sejatinya sebagai manusia yang memiliki akal pikiran, naluri dan hati nurani maka hal itu dapat memgejawantahkan dan menjadi dinding renungan bagi Indonesia dan juga pada pelataran Istana.

Baca Juga  Positif COVID-19, 66 lansia dievakuasi ke RSUK Duren Sawit

Suatu kehancuran yang barusan saja nampak masih hangat dan panas untuk diperbincangkan adalah Guinea yang kemarin Presidennya dikudeta karena memaksakan untuk menjabat tiga periode. Namun, melihat tingkah laku, gerak-gerik dan gerakan di Indonesia yang saat ini banyak orang kemaruk, saya menjadi psimis bahwa hal itu tidak akan menjadi pelajaran bagi kehidupan bernegara. Padahal, segala bentuk kemaruk akan berakhir di lumpur, dalam tragedi bisnis, lumpur lapindo misalnya.

Padahal, Allah SWT juga sudah menegaskan bahwa sejak awal kehidupan manusia hingga hari kiamat senantiasa terjadi siklus masa kejayaan dan kehancuran dari berbagai masyarakat, umat maupun peradaban yang ada.

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antaramanusia…(QS Ali Imran:140).

Kita dapat melihat, saat ini sebuah peradaban telah memuncak, materi berkelimpahan di mana-mana, baik dari penarikan pajak, hasil bumi negara dan lain-lainnya. Bahkan ikatan sosial kemasyarakatan kini sudah buram ditutupi dengan noda kepentingan sifat fanatisme.

Sekarang, kita semua dapat menyaksikan bahwa apakah ini masa kejayaan untuk menuju kehancuran, atau sebaliknya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *