Ekonomi

DPD RI Satu Suara, Lakukan Konferensi Nasional Lewat Pers

Timredaksi.com – Satuan kelompok DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI di Majlis Permusyawartan Rakyat (MPR) Fahira Idris menyampaikan resonansi di masyarakat,  media amat keras terhadap Presidential Threshold (PT).

“Kami Kelompok DPD di MPR akan mendorong judicial review terhadap Pasal 222 UU No.7 2017 mengenai Pemilu yang mengatur tentang ambang batas pencalonan presiden/Presidential Threshold (PT) 20 persen ke Mahkamah Konstitusi (MK),” kata Fahira Idris saat dialog kebangsaan bertajuk ‘presidential threshold’, di lobi gedung DPD RI, Senayan Jakarta, Rabu (8/12/21).

Sementara itu, Pakar Hukum Tata Negara Indonesia Margarito memaparkan persoalan tersebut sudah beberapa kali melalui judicial review dan gagal karena terus mengangkat persoalan yang sama.

Ia menambahkan jangan lagi menggunakan argumen yang sama, kita sediakan ahli untuk maju dari DPD RI dan akademisi dan mobilisasi rakyat yang juga sepaham dengan hal tersebut.

“Saya menyarankan DPD RI satu suara, kemudian lakukan konferensi nasional untuk mendiskusikan ini dan didukung oleh pers,” ungkap Margarito

Dirinya melanjutkan persoalan-persolan yang ada diparlemen bisa dipulkasikan melalui media serta jadi informasi pengetahuan bagi masyarakat bayak.

“Pers punya pengaruh dan bisa memperbesar spektrum dari isu ini.  Melalui jurnalis saya yakin mampu mendorong persoalan ini hingga orang mengetahui bahwa DPD RI bersama rakyat mengusung kepentingan rakyat terkait PT ini,” tegasnya

Masih hal yang sama kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI) atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Nuor menuturkan adanya PT tersebut mengabarkan makna presidensial, mereduksi partisipasi politik masyarakat.

“Ada beberapa hal yang saya sampaikan pertama jelas melenceng dari spirit keretakan, tendensi polarisasi keterbelahan seperti tahun 2014 lalu hingga saat ini, hingga menutup adanya tokoh alternatif,” kata Firman

Semetara disampingnya pengamat Politik dan Dosen Fisipol UGM Abdul Gaffar Karim mengungkapkan ada beberapa negara yang berhasil menerapkan sistem presidensial dengan multi partai seperti beberapa negara di Amerika Latin juga termasuk Indonesia.

“Pada buku The Surprising Success of Multiparty Presidentialism oleh Carlos Pereira menjelaskan bahwa agar berhasil di sistem presidensial multipartai, seorang bahwa presiden harus sebagai jabatan kuat secara konstitusional, punya kekuatan untuk barter atau negosiasi atau dipertukarkan dengan parlemen, check and balances yang kuat,” tutup Abdul Gaffar (ror)

Asrorie

Recent Posts

La Fedumu Resmi Pimpin DPD Tani Merdeka Indonesia Muna, Siap Perjuangkan Hak Petani

Timredaksi.com, Kendari – Dewan Pengurus Daerah (DPD) Tani Merdeka Indonesia (TMI) Kabupaten Muna resmi dikukuhkan…

2 days ago

Mangkir dari Perintah Pengadilan, Perusahaan Istri Menteri Perindustrian Diajukan PKPU

Timredaksi.com, Jakarta - Polemik hukum melibatkan PT Asiana Senopati, perusahaan properti milik Loemongga HS, istri…

2 days ago

Harnas UMKM: Pemerintah dan ABDSI Teguhkan Komitmen Dorong UMKM Naik Kelas

Timredaksi.com, Jakarta – Peringatan Hari Nasional Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Harnas UMKM) 2025 menjadi…

4 days ago

GEREJA BENTENG TERAKHIR BAGI RAKYAT & BANGSA PAPUA BARAT

GEREJA BENTENG TERAKHIR BAGI RAKYAT & BANGSA PAPUA BARAT Oleh: Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman…

6 days ago

Bintang Muda Indonesia (BMI) Kabupaten Garut Resmi Dilantik, Siap Dukung Kemenangan Partai Demokrat

Timredaksi.com, Garut – DPN Bintang Muda Indonesia (BMI) secara resmi melantik Asep Achlan sebagai Ketua…

6 days ago

Pembela Amanat Sejati (PASTI) Berbagi Kebaikan Kepada Anak Yatim dan Dhuafa

Timredaksi.com, Jakarta - Hari ini Jumat, tanggal 08-08-2025 Organisasi Baru yang bernama Pembela Amanat Sejati…

1 week ago