Timredaksi.com, Jakarta – Isu wacana Reshuffle Kabinet Indonesia Maju (KIM) pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini mencuat seiring beberapa lembaga survei yang menyoroti bahwa kinerja para menteri sudah tidak memuaskan masyarakat.
Oleh karena itu, banyak pihak yang meminta Jokowi untuk melakukan perombakan kabinet. Yang paling disoroti adalah karena soal penanganan pandemi Covid-19 yang dinilai paling buruk. Koordinasi antarmenteri tidak berjalan baik sehingga masyarakat kecewa terhadap kinerja kabinet Jokowi.
Ketua Umum DPN BMI Farkhan Evendi menyebut Presiden Jokowi dalam melakukan reshuffle kabinet selalu teruji gagal untuk mencari menteri yang terbaik. Hal ini karena selama masa pemerintahan Jokowi saat ini sudah terjadi lima kali reshuffle kabinet. Namun belum juga menemukan menteri-menteri terbaik yang dicari Jokowi.
Oleh karena itu, Farkhan menilai, reshuffle kabinet disinyalir bukan untuk memberikan kepuasan kepada rakyat tekait kinerja para menteri, namun justru terkesan untuk meluaskan oligharki di negeri ini.
“Tujuan reshuffle patut diduga cuma untuk mencari dana kampanye pemilu partai pengusung, keras kami sampaikan kabinet Jokowi jauh dari kata efektif dan terkesan cuma jadi tempat bagi-bagi mainan untuk keleluasaan oligharki pengusung Jokowi menjaga kepentingan politik di tahun 2024,”ujar Farkhan.
Menurut Farkhan, jika Jokowi memaksakan melakukan perombakan kabinet maka yang akan terjadi tak jauh berbeda dengan yang terjadi sebelumnya.
“Bagi BMI reshuffle kabinet menjadi penambah masalah, jangankan solusi yang ditawarkan Jokowi pada kabinet yang ada, pengetahuan Jokowi pada nama-nama yang diusulkan ke kabinetnya pun seperti terlihat tak tahu apa-apa karena yang mengusulkan biasanya lord atau menteri segala menteri yaitu Luhut,”ujar Farkhan.
Menurut Farkhan, Rakyat saat ini bukan butuh perombakan kabinet yang nantinya akan diisi oleh orang-orang yang akan melakukan hal yang sama dengan sebelumnya. Rakyat saat ini butuh kehidupan yang sejahtera, terbebas dari kelaparan dan kesusahan. Kelaparan rakyat tak bisa dihibur dengan melakukan reshuffle.
“Masyarakat saat ini berada di jurang kelaparan, harusnya pemerintah mengisi perut-perut mereka, kalau tidak ini sangat berbahaya. Banyak contoh pemimpin jatuh karena rakyatnya lapar, namun jarang sekali pemimpin jatuh karena reshuffle kabinet,” tegas Farkhan.
Farkhan menilai, ruang menteri di Kabinet Jokowi saat ini berada dalam ambang kebingungan lantaran yang dibangun adalah kepentingan oligharki, partai dan lingkaran sekitar, bukan untuk mendahulukan kepentingan rakyat Indonesia.
“Selain itu ini akan menjadi problema bagaimana nakhoda nampak bingung lalu awak kapal satu persatu dikeluarkan atau jangan-jangan para menteri mulai gerah dengan gegapnya Jokowi hadapi tantangan,” ujar Farkhan
BMI menghimbau agar Jokowi justru merombak total isi satgas Covid-19 karena isinya adalah para menteri yang sudah sibuk dengan urusannya masing-masing dan tak memperdulikan kinerjanya sebagai Satgas Penanganan Covid-19.