Agama

Bahar Smith Tersangka, Wamenag Yakin Polri Profesional dan Transparan

731
×

Bahar Smith Tersangka, Wamenag Yakin Polri Profesional dan Transparan

Share this article
Wamenag Zainut Tauhid

Timredaksi.com, Jakarta – Polisi saat ini sedang memproses kasus Bahar Smith (BS) yang diduga ucapannya mengandung ujaran kebencian dan unsur kebohongan publik.

Indonesia sebagai negara hukum maka asas _equality before the law,_ yaitu asas persamaan di depan hukum, harus diterapkan. Siapa pun yang bersalah harus bertanggung jawab di depan hukum. Proses penegakkan hukum ( _law enforcement_ ) yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilaksanakan demi tegaknya keadilan dan terjaminnya rasa keadilan di tengah masyarakat.

Untuk hal tersebut saya mendukung langkah penegakan hukum oleh pihak kepolisian dan saya yakin polisi bekerja secara profesional, transparan dan menjunjung tinggi asas keadilan dan praduga tidak bersalah.

Belajar dari pengalaman BS, saya mengimbau kepada para penceramah agama/pedakwah dan tokoh agama untuk menjadikan mimbar ceramah sebagai ruang edukasi publik yang mencerahkan dan inspiratif. Setiap tokoh agama, ulama, habaib dan penceramah agama mengemban tugas mulia sebagai pewaris para nabi ( _waratsatul ambiya_ ) untuk melaksanakan tugas mulia _amar ma’ruf nahi munkar_ yakni mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Baca Juga  Seniman Rambut Gabung Sarbumusi NU Cianjur

Ada pemahaman sementara orang yang salah terhadap tugas dakwah tersebut. Orang sering memahami tugas mulia tersebut secara keliru, seakan-akan kalau mengajak kebaikan itu dengan cara yang lemah lembut sedangkan kalau mencegah kemungkaran itu harus dengan cara yang keras dan kasar.

Pemahaman seperi itu adalah keliru dan tidak dibenarkan menurut agama. Baik _amar ma’ruf_ maupun _nahi munkar_ harus dilaksanakan dengan cara-cara yang baik, santun, berakhlak mulia dan tidak melanggar hukum dan norma susila.

Tidak boleh atas nama mencegah kemungkaran ( _nahi munkar_ ) dengan kata-kata yang kasar, menebarkan ujaran kebencian, hoax, fitnah, adu domba dan teror atau ancaman yang membuat ketakutan pihak lain.

Para penceramah agama hendaknya dalam berdakwah dengan cara-cara yang _hikmah_ yaitu dengan penuh kebijaksanaan, _mauidhah hasanah_ dengan pesan-pesan yang baik, dan _mujadalah hasanah_ yakni berdiskusi atau bertukar pikiran dengan cara yang santun dan bijak.

Saya kira ketiga hal tersebut bersifat umum atau universal yang semua penceramah agama sudah sangat memahaminya, hanya tinggal penerapannya saja yang dibutuhkan kesadaran dan tanggung jawab.

Baca Juga  Pesantren RI-1 Bagikan Sembako dan Takjil Buka Puasa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *