Timredaksi.com, Jakarta – Indonesia Political Opinion (IPO) merilis hasil survei tokoh potensial Calon Presiden (Capres) 2024 mendatang.
Survei ini merupakan tingkat keterpilihan 20 tokoh potensial pada simulasi pemilihan presiden yang menempatkan nama-nama tokoh muda pada posisi lima teratas.
Diantaranya yakni nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi tokoh paling potensial dengan tingkat keterpilihan 18,7 persen, disusul Ganjar Pranowo 16,5 persen.
Lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mendapatkan suara publik 13,5 persen, disusul popularitas Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan 9,9 persen.
Selanjutnya, ada nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan tingkat potensi keterpilihan 7,8 persen.
Peneliti IPO Nastain Muhammad mengatakan ada beberapa faktor publik memberikan penilaian yakni berdasarkan faktor kejujuran dengan dominasi 32 persen.
Faktor ketegasan yang ditampilkan dalam mengemban amanat masyarakat mampu memengaruhi penilaian publik sebesar 26 persen.
Faktor prestasi kerja menempati urutan ketiga dalam pembentukan persepsi publik dengan angka 17 persen.
Dan, faktor bersih, profesional dan religius secara berurutan menjadi penilaian dengan angka 10 persen, 9 persen dan 6 persen.
Nastain juga menyoroti perihal sebuah temuan yang menarik ketika publik sudah tidak lagi menjadikan religiositas sebagai tolok ukur utama dalam penilaian simulasi pemilihan presiden.
“Yang paling menarik adalah eksistensi Ganjar di tengah serbuan baliho ‘Kepak Sayap Kebhinekaan’ Puan Maharani,” ujar Nastain Muhammad dalam keterangan tertulisnya, Minggu (15/8/2021).
Selain itu, dalam pilihan responden pada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden serta latar belakang kepemimpinan, menunjukkan Ganjar Pranowo mendapatkan animo suara tertinggi ketika dipasangkan dengan Anies Baswedan sebagai cawapres dengan angka 37,0 persen.
Sementara, pesaingnya hadir ketika Anies Baswedan dipasangkan dengan Sandiaga Uno yang mendapatkan suara publik sebesar 30,2 persen.
Tokoh lain yang mampu menjadi kuda hitam dalam kompetisi pemilihan capres dan cawapres justru datang dari Airlangga Hartarto ketika dipasangkan dengan Anies Baswedan yang mendapat animo 28,4 persen suara.
Adapun, metode survei yang dilakukan IPO yaitu terlebih dulu menentukan sejumlah desa untuk menjadi sampel.
Pada setiap desa terpilih akan dipilih secara acak, menggunakan random kish grid paper, sejumlah 5 RT.
Pada setiap RT dipilih 2 keluarga, dan setiap keluarga akan dipilih satu responden dengan pembagian laki-laki untuk kuesioner bernomor ganjil, perempuan untuk bernomor genap, sehingga total responden laki-laki dan perempuan pada pembagian 50:50.
Pada setiap proses pemilihan selalu menggunakan alat bantu berupa lembar acak.
Metode ini juga memiliki pengukuran kesalahan (sampling error) 2,50 persen, dengan tingkat akurasi data 97 persen.
Dan, pengaturan pengambilan sample menggunakan teknik multistage random sampling (MRS) atau pengambilan sample bertingkat.
Survei ini mengambil representasi sample sejumlah 1.200 responden yang tersebar proporsional secara nasional, yang dilaksanakan pada 2-10 Agustus 2021 lalu.
(Intan/Montt/gen).