Timredaksi.com – Perasaan optimis merupakan kekuatan yang mampu membangkitkan kemauan untuk berbuat. Rasulullah Saw adalah orang yang senantiasa bersikap optimis memandang masa depan. Beliau selalu tampil segar, ceria dan penuh senyum. Wajah beliau yang bersih dan suci dilukiskan bagai cahaya bulan purnama di kegelapan malam.
“Masa depan” bukan berarti masa depan di dunia saja, namun masa depan di akhirat kelak. Kita simak firman Allah ini: “Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” ( QS. ad-Dhuha [93] : 4-5 ).
Perasaan optimis merupakan separuh dari kebahagiaan, dan selangkah menuju keberhasilan. Sebaliknya, rasa pesimis merupakan bibit kegagalan dan bayangan tidak kebahagiaan. Oleh karena itu Rasulullah selalu yakin akan meraih masa depan yang bahagia. Seorang petani yang bersikap optimis memanen hasil pertaniannya, maka petani itu rela berjemur dengan sengatan sinar matahari dan bekerja sepanjang hari, sama halnya seorang mukmin yang optimis mendapatkan keridhaan Allah dan kenikmatan surga, maka ia bersedia melawan hawa nafsu, menta’ati perintah dan menjauhi larangan Allah.
Adapun lawan sikap optimis adalah sikap putus asa. Sikap ini mutlak harus dijauhi bagi setiap manusia yang mempunyai cita-cita, apalagi seorang pemimpin yg berkeinginan negerinya yang makmur dan damai. Imam Ghazali berkata, “Putus asa dan bangga menjadi penyebab kehancuran karena kebahagiaan hanya bisa diraih dengan berusaha dan mengupayakan secara bersungguh-sungguh serta persiapan yang matang. Ini penting tentang persiapan yang matang penulis katakan sebagai perencanaan strategis. Kelemahan seorang pemimpin di beberapa negeri muslim adalah ketergesa-gesaan. Sikap lemah ini akan terhapus jika seorang pemimpin dalam bertindak sudah ada landasan perencanaan yang matang. Menjadi penting bahwa sikap optimis pemimpin juga didukung dengan kesabaran yg tinggi, sehingga dalam menghadapi persoalan yang diluar perkiraan akan tetap tenang dan tidak panik.
Sekali lagi penulis tekankan bahwa putus asa harus dihindari, mengingat bahaya yang harus dihindari sedemikian besarnya. Bahkan Allah berfirman sbb : ” Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.” ( QS. al-Hijr [15] : 56 ).
Iman menumbuhkan optimisme, sebab seorang mukmin percaya bahwa rahmat dan pertolongan-Nya akan dilimpahkan setiap saat di setiap medan. Ia percaya bahwa segala sesuatu diciptakan secara berpasangan, ada siang sebagai pertanda akan datang malam. Saat datang kecemasan karena kesulitan, ia yakin akan datangnya pertolongan Allah dan menggantinya dengan kebahagiaan. Hal tersebut sudah dipastikan dalam firman-Nya : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” ( QS. al-Insyirah [94] : 5-6 ).
Penulis berharap, Pemerintah menerapkan sikap optimis ini khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan petani pangan pada khususnya dan petani lainnya. Mulailah tidak putus asa untuk mengurangi secara berkelanjutan sampai tidak butuh impor lagi atas pangan. Tumbuhkan gairah bertanam pangan dengan “suasana” melonggarkan ekonomi petani. Di samping pangan masih ada potensi agribisnis lainnya karena negeri ini dikarunia Gusti Allah sebagai sumber plasma nutfah dunia. Berbagai jenis tumbuhan yang mengandung senyawa aktif bermanfaat untuk kesehatan, pengembangan industri kesehatan berbasis tumbuhan ini ( herbal ) di pasar luar negeri mulai terbuka.
Optimisme yang sesungguhnya yaitu, yang bisa memberikan kontribusi besar kepada sesama manusia hanyalah optimisme yang tumbuh dari keimanan, percaya akan adanya pertolongan dan kasih sayang Allah seperti firman-Nya : ” Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, ( sebagai ) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ( QS. ar-Ruum [30] : 5-6 ).
Semoga para pemimpin negeri senantiasa bersikap optimis, sabar dan tidak tergesa-gesa dalam membuat kebijakan mengatasi semua persoalan khususnya pandemi. Masyarakat hendaknya ikut berkontribusi dalam semangat untuk memenuhi kebutuhan sendiri khususnya pangan dan mengatasi persoalan.
(Ham/Detikcom)
RESENSI BUKU Judul Buku: Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua Penulis: Dr. Socratez Yoman Penerbit:…
Timredaksi.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral…
Timredaksi.com, Jakarta — Unit Pelaksana Pengujian Kendaraan Bermotor (UP PKB) Pulogadung menegaskan kembali pentingnya penegakan…
Timredaksi.com, Jakarta – Bagi yang akrab dengan dunia investasi, tentu sudah tidak asing dengan Tabungan…
Timredaksi.com, Kenyam — Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Nduga, Nius Wakerkwa mengadakan Kunjungan Kerja…
Timredaksi.com, Jakarta - Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) yang diusulkan dan dibahas bersama telah mengakomodasi masukan…