Timredaksi.com – Sebuah Alquran tua yang diperkirakan dicetak sekitar tahun 1800-an tersimpan di Desa Wani II, Kabupatan Donggala. Meski telah mengalami kerusakan, kitab suci tersebut menjadi bukti sejarah penyebaran Islam di Lembah Palu yang dimulai dari pesisir Donggala.
Alquran berwarna cokelat dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 20 cm itu telah tampak rusak. Pinggir lembarannya rapuh dan sobek dimakan usia. Masing-masing lembarannya pun tidak lagi menempel menjadi satu. Walau begitu, tulisan dalam kitab suci itu masih bisa dibaca dengan jelas.
Alquran itu merupakan salah satu bukti penyebaran Islam ratusan tahun yang lalu yang dibawa oleh Syeh Agil Al Mahdali, seorang saudagar Arab dari Yaman Selatan sekitar tahun 1810 yang akhirnya menetap bersama keluarganya hingga meninggal dunia di Desa Wani II, Kabupaten Donggala.
Peneliti dan dosen sejarah Universitas Tadulako (Untad), Haliadi Sadi, yang pernah meneliti sejarah Islam di Lembah Palu memperkirakan, Alquran tua itu dicetak sekitar tahun 1800-an sebelum dibawa ke Desa Wani II kala itu, atau sebelum penyebaran Islam periode ketiga ketika Islam masuk di Lembah Palu pada 1900-an.
“Diperkirakan dicetak sebelum abad ke-20 di Turki dan turut dibawa rombongan Syeh Agil Al Mahdali dan keluarga ke Desa Wani II ini,” kata Haliadi, Selasa (5/5/2020).
Haliadi bercerita, koleksi filologi atau bahan tertulis berusia ratusan tahun yang jadi bukti mula penyebaran Islam di pesisir Donggala masih banyak tersimpan di Desa Wani II yang dahulu bernama Desa Malambora. Selain Alquran tua itu, adapula bukti tertulis wakaf lahan pembangunan Masjid Al Amin yang berusia ratusan tahun, juga naskah-naskah lama yang juga peninggalan Syeh Agil.
Mengenai naskah-naskah itu, meski belum ada penelitian resmi tentang arti naskah-naskah itu, Haliadi meyakini peninggalan itu merupakan bagian syiar Islam Syeh Agil.
“Saya yakin dan percaya naskah-naskah itu adalah tulisan asli dari Syeh Agil Al Mahdali tentang akhlak-akhlak berkehidupan Islami,” katanya.
Saat ini Alquran bersejarah itu disimpan oleh Thahir Syarif Al Mahdali. Dia adalah keturunan Syeh Agil. Selain menyimpan koleksi filologi Syah Agil, dia juga mengurus Masjid Al Amin, peninggalan keluarga Syeh Agil yang dibangun tahun 1906 yang masuk dalam Cagar Budaya Kabupaten Donggala di Desa Wani II.
Timredaksi.com, Jakarta – Ketua Fraksi PKB MPR RI, Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, menegaskan bahwa…
Timredaksi.com, Salatiga - Seminar Nasional bertema “Deep Learning dalam Pembelajaran di Sekolah” diselenggarakan oleh Fakultas…
Timredaksi.com, Mimika - Setelah melalui proses pencarian dan evakuasi yang berlangsung selama lebih dari 27…
Timredaksi.com, Jakarta - Forum Generasi Milenial Indonesia (FGMI) mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) agar…
Timredaksi.com, Jakarta – PT Pegadaian menandai babak baru transformasi digitalnya dengan meluncurkan super apps terbaru,…
Timredaksi.com, Jakarta – Spanyol semakin populer sebagai destinasi wisata muslim dunia. Negara yang dikenal dengan…