News

Ditemukan Kuburan Bayi Kembar Berusia 31 Ribu Tahun!

Timredaksi.com – Sebuah kuburan kuno di Austria kemungkinan menjadi pemakaman kembar tertua yang pernah dicatat sejarah. Makam berusia 31.000 tahun itu berasal dari Paleolitik Muda (periode yang berlangsung dari 40-10 ribu tahun yang lalu), juga dikenal sebagai Zaman Batu Tua.

Salah satu bayi meninggal tak lama setelah lahir, sementara saudara kembarnya hidup sekitar 50 hari, atau lebih dari 7 minggu berdasarkan analisis kedua bayi tersebut.

Selain itu ada seorang bayi ketiga, berusia 3 bulan, dikuburkan dalam pemakaman sekitar 1,5 meter. Bayi ini kemungkinan besar adalah sepupu si kembar menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Communications Biology.

Mengutip Science Alert, para peneliti menemukan pemakaman kembar berbentuk oval di situs arkeologi Krems-Wachtberg, di tepi Sungai Danube di pusat kota Krems pada tahun 2005. Sisa-sisa bayi kembar ditutupi dengan oker, pigmen merah yang sering digunakan di pemakaman kuno di seluruh dunia.

Kuburan untuk dua orang itu juga berisi 53 manik-manik. Sebuah tulang belikat raksasa juga ditempatkan di atas pemakaman guna melindungi tubuh-tubuh kecil yang dikuburkan di bawahnya selama ribuan tahun. Kuburan bayi lain di dekatnya juga mengandung oker.

Penemuan ini menjadi berita utama tak lama setelah penemuannya, dan para peneliti bahkan membuat replika pemakaman si kembar, yang dipajang di Natural History Museum Vienna pada 2013.

Namun, para ilmuwan masih harus banyak belajar tentang penguburan kuno. Karenanya, dalam proyek baru, sekelompok peneliti bekerja sama untuk menguraikan hubungan antara ketiga bayi ini dan untuk menentukan jenis kelamin dan usia mereka saat meninggal.

“Untuk menemukan kuburan ganda dari periode Paleolitik adalah spesialisasi tersendiri,” kata pemimpin penelitian Maria Teschler-Nicola, seorang ahli biologi di Natural History Museum Vienna.

“Fakta bahwa DNA tua yang cukup dan berkualitas tinggi dapat diekstraksi dari sisa-sisa kerangka anak yang rapuh untuk analisis genom melebihi semua harapan kami,” sambungnya.

Meski begitu, tidak diketahui secara pasti mengapa bayi-bayi ini meninggal, tetapi kematian si kembar ini dan sepupu mereka kemungkinan besar merupakan peristiwa menyakitkan bagi kelompok pemburu-pengumpul Paleolitik.

“Bayi-bayi itu jelas sangat penting bagi kelompok ini pada masanya, dan sangat dihormati dan dihargai,” kata Teschler-Nicola kepada Live Science.

Penguburan yang luar biasa tampaknya menyiratkan bahwa kematian bayi-bayi itu merupakan kehilangan besar bagi masyarakat dan kelangsungan hidup mereka. (Ham/S:Detikcom)

Hamizan

Recent Posts

DLH Kabupaten Wakatobi Luncurkan Sejumlah Program Strategis untuk Tingkatkan Kualitas Lingkungan

Timredaksi.com, Wakatobi – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Wakatobi terus mendorong peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan…

1 day ago

DLH Kutai Barat Dorong Peningkatan Kesadaran Pemilahan Sampah dari Sumbernya

Timredaksi.com, Kutai Barat — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutai Barat (Kubar) terus menggalakkan partisipasi masyarakat dan…

1 day ago

Kabar BGN Pro-Asing Terkait Jelantah MBG, SAS Institute : Ada Potensi 620 Milyar Korupsi

Timredaksi.com, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, mendorong BGN melakukan komersialisasi dari…

2 days ago

DLH Jakarta Selatan Genjot Program Pelestarian Lingkungan Lewat Pendekatan Kreatif

Timredaksi.com, Jakarta Selatan — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta Selatan terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang…

2 days ago

DLH Yahukimo Perkuat Pengelolaan Lingkungan di Wilayah Pegunungan Papua

Sumber Timredaksi.com, Yahukimo, Papua — Kabupaten Yahukimo dikenal sebagai salah satu wilayah dengan bentang alam…

2 days ago

Penguatan Peran Marbot dan Inklusivitas Masjid Jadi Sorotan dalam Temu Nasional Marbot Indonesia

Timredaksi.com,  Jakarta — Wakil Ketua Umum PBNU, KH. Zulfa Mustofa, mendorong pengurus masjid di seluruh…

2 days ago