Uncategorized

Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik

174
×

Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik

Share this article

 

Oleh : Euis Siti Solihah

Kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai dua kata yaitu curir yang berarti pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Sedangkan, secara terminologi kurikulum berasal dari bahasa Perancis yaitu courier yang artinya to run atau berlari. Selain itu, kurikulum juga berasal dari bahasa Latin yaitu curriculum yang berarti a running course, or race course, especially a chariot race course yang mempunyai arti lintasan lari atau lintasan balap, khususnya lintasan balap kereta. Istilah course digunakan untuk perumpamaan mata pelajaran yang wajib ditempuh untuk mencapai suatu gelar maupun ijazah. Istilah tersebut bermakna kurikulum berisi muatan materi pelajaran dengan jangka waktu yang harus ditempuh peserta didik untuk memperoleh ijazah.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang.Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka perkembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, perkembangan budaya dan karakter dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa.Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila, jadi pendidikan budaya dan karakter adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peseta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi Warga Negara yang lebih baik, yaitu Warga Negara yang memiliki kemampuan, kemauan,dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai Warga Negara. Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak disadari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang demikian penting dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Orang tua menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas perkembangan karakter anak karena keluarga merupakan penyelenggara pendidikan paling utama dan pertama sebelum pendidikan pendamping lainnya.Orang tua juga turut berperan dalam perkembangan karakter anak di sekolah.Ada beberapa kegiatan yang bisa orang tua lakukan untuk memantau perkembangan karakter anak seperti, memantau perkembangan perilaku anak mereka melalui buku kegiatan siswa yang sudah disiapkan pihak sekolah, aktif mengikuti kegiatan rutin atau bergilir yang dilaksanakan pihak sekolah dalam pertemuan-pertemuan antara orang tua dengan wali kelas dan guru-guru kelas. Di era Digital saat ini anak-anak usia sekolah dasar tidak bisa lepas dari gadget bahkan menjadi sebuah kebutuhan. Gadget bagi mereka adalah teman setia. Kondisi seperti itu, orang tua perlu memperkenalkan kepada anak-anak mengenai situs pendidikan bila menggunakan gadget, seperti video-video animasi yang mengedukasi, sehingga anak tidak mudah bosan, atau games pendidikan yang mengasah kemampuan kognitif, video tata cara sholat, dan program-program belajar lainnya yang penting untuk diingat. Orang tua juga berperan mengawasi dan membatasi anak-anak dalam menggunakan ponsel, atur waktu kapan ia harus mengerjakan tugas sekolahnya, bersosialisasi dengan teman, bersosialisasi dengan keluarga, dan menggunakan ponsel atau gadget.

Baca Juga  Pendidikan Pesantren di Era Modern, Bertajikah ?

Guru mempersiapkan berbagai pilihan dan strategi untuk menanamkan setiap nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan ke dalam mata pelajaran yang diampunya. Guru dapat memilih cara-cara tertentu dalam proses pembelajarannya, seperti menyampaikan berbagai kutipan yang berupa kata-kata mutiara atau peribahasa yang berkaitan dengan karakter, cerita pendek, diskusi kelompok, membuat karangan pendek dan sebagainya. Setiap sekolah hendaknya menentukan kegiatan khusus yang dapat mengikat para guru untuk melakukan kegiatan tersebut secara berkelanjutan.

Sekolah bersama komite sekolah dan masyarakat secara bersama-sama menyusun suatu kegiatan yang dapat mendukung terwujudnya pembudayaan dan penanaman karakter yang baik bagi seluruh warga sekolah kegiatan yang dapat dilakukan antara lain seperti, melakukan gotong royong membersihkan tempat-tempat umum seperti masjid, sungai, dan lainnya. Masyarakat juga memainkan peran tak kalah pentingnya sebagai contoh atau model yang dapat menjadi pendorong keberhasilan para siswa dalam menerapkan nilai norma, dan kebiasaan-kebiasaan karakter yang baik.

Strategi Pendidikan Karakter yang akan dibahas adalah Strategi Pendidikan Karakter melalui Multiple Talent Aproach (Multiple Intelligent).Strategi Pendidikan Karakter ini memiliki tujuan yaitu untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan membangun Self Concept yang menunjang kesehatan mental. Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimilikinya.

Ada banyak cara untuk menjadi cerdas, dan cara ini biasanya ditandai dengan prestasi akademik yang diperoleh disekolahnya dan anak didik tersebut mengikuti tes intelengensia. Cara tersebut misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisik atau kemamuan motorik atau lewat cara sosial emosional. Keceradasan bagaikan sekumpulan keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat. Melalui pengenalan Multiple Intellegence, kita dapat mempelajari kekuatan atau kelemahan anak dan dapat memberikan mereka peluang untuk belajar melalui kelebihan mereka, tujuannya adalah agar anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia.

Baca Juga  GP Ansor Cianjur Apresiasi Kebijakan Presiden Perihal Pendanaan Pesantren

Pendidikan karakter di sekolah bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan etika yang baik. Ini melibatkan pengembangan sikap, kepribadian, dan perilaku yang positif. Beberapa aspek penting dalam pendidikan karakter di sekolah melibatkan :

1. Nilai-nilai Inti : Menyusun dan mengajarkan nilai-nilai inti seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, rasa hormat, keadilan, keberanian, kreatif serta inovatif. Nilai-nilai inti merujuk pada prinsip-prinsip atau keyakinan dasar yang dianggap penting dan menjadi landasan moral dalam suatu masyarakat atau kelompok. Dan Nilai-nilai inti ini juga sering menjadi dasar dalam pembentukan karakter dan perilaku positif dalam masyarakat. Menerapkan dan mempromosikan nilai-nilai ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan beretika.

2. Pendekatan Holistik : Menerapkan pendekatan holistik dalam pendidikan karakter, yang mencakup pembelajaran di dalam dan di luar kelas, termasuk kegiatan ekstrakurikuler, pengabdian masyarakat, dan proyek kolaboratif. Pendekatan holistik dalam pendidikan melibatkan pengakuan bahwa perkembangan siswa tidak hanya terbatas pada aspek akademis, tetapi juga melibatkan aspek emosional, sosial, fisik, dan moral. Pendekatan ini menekankan integrasi dan keseimbangan antara berbagai dimensi kehidupan siswa. Pendekatan holistik memandang siswa sebagai individu yang kompleks dan unik dengan kebutuhan yang beragam. Dengan mendekati pendidikan secara holistik, sekolah dapat memberikan lingkungan yang mendukung perkembangan seluruh potensi siswa, bukan hanya fokus pada pencapaian akademis semata.

3. Model Peran Guru : Guru memiliki peran kunci sebagai model peran untuk peserta didik. Dengan menunjukkan nilai-nilai yang diinginkan, guru dapat memberikan contoh yang kuat untuk diikuti oleh siswa.

Model peran guru memiliki dampak signifikan dalam membentuk karakter dan pengembangan siswa. Beberapa aspek penting dalam peran guru sebagai model yaitu : Etos Kerja dan Profesionalisme, Integritas dan Kejujuran, Keterampilan Sosial dan Empati, serta Kerjasama dan Kepemimpinan.

4. Kurikulum Terintegrasi : Memasukkan pembelajaran karakter ke dalam kurikulum secara menyeluruh, bukan hanya sebagai tambahan, sehingga nilai-nilai karakter diintegrasikan dalam setiap aspek pembelajaran. Kurikulum terintegrasi adalah pendekatan dalam perancangan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu ke dalam suatu rangkaian pembelajaran yang menyeluruh. Tujuan utamanya adalah menghubungkan konsep-konsep dari berbagai bidang pengetahuan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara pelajaran-pelajaran tersebut.

5. Evaluasi Berbasis Karakter : Mengembangkan metode evaluasi yang tidak hanya mempertimbangkan pencapaian akademis tetapi juga perkembangan karakter siswa.

Pendidikan karakter yang efektif dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah yang positif, mendukung perkembangan pribadi siswa, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan integritas dan moral yang kuat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *