Featured

Bintik Besar Muncul di Matahari, Ini Dampaknya ke Bumi

Jakarta, Timredaksi.com – Bintik Matahari atau sunspot merupakan area di permukaan Sang Surya, yang disebabkan oleh aktivitas magnetis yang intens. Aktivitas itu hampir selalu berujung pada keluarnya suar Matahari dan terlontarnya massa, ketika radiasi dan gas nuklir di dalam Matahari menuju ke kosmos.

Aktivitas Matahari naik dan turun secara alami setiap 11 tahun sekali. Nah pada saat ini, para astronom meyakini kita akan memasuki masa-masa paling ‘sibuk’ Matahari.

Dikutip detikINET dari Sky News, hal itu antara lain ditandai dengan munculnya sekelompok Bintik Matahari baru di permukaan Matahari sejak awal tahun ini, melepaskan suar Matahari atau solar flare terbesar sejak tahun 2017.

Jika suar Matahari yang adalah semburan radiasi dari bintik Matahari cukup kuat, maka bisa merusak satelit ataupun mengganggu sinyal radio di Bumi. Lembaga antariksa NASA pun terus mengawasi walaupun sampai sekarang belum ada peringatan akan ada dampak buruknya dalam waktu dekat.

“Ini merupakan ledakan Matahari kelas M yang pertama terjadi sejak Oktober 2017 dan ilmuwan akan mengamati untuk menyaksikan apakah benar memang Matahari mulai terbangun,” sebut NASA pada pertengahan tahun ini.

Namun pada 23 November kemarin, ada laporan bahwa frekuensi radio tertentu terganggu oleh suar Matahari. “Sunspot AR2785 meletus pada 23 November, memproduksi kelas C4 Solar Flare,” demikian disebutkan dalam situs Space Weather.

“NASA’s Solar Dynamics Observatory telah merekamnya. Hal ini menyebabkan blackout radio di Pasifik Seatan termasuk Australia timur dan Selandia Baru. Frekuensi yang terdampak terutama di bawah 10 MHz,” papar mereka.

Ancaman sejenis kemungkinan akan muncul lagi dari suar Matahari kategori C, bahkan ada peluang munculnya kelas M. lmuwan mengkategorikan solar flare dalam tiga jenis, C, M, dan X di mana C adalah terkuat dan X terlemah.

Suar Matahari bisa menyebabkan badai Matahari. Pada tahun 1859, pernah terjadi badai Matahari yangd disebut sebagai paling kuat. Salah satu akibatnya adalah rusaknya sistem telegrap di seluruh Eropa dan Amerika Utara dengan kerugian sangat besar pada ketika itu.  (Salsa/S:Detik.com)

Azzam Putra

Recent Posts

Neng Eem: Sudah Semestinya Negara Hadir untuk Pesantren

Timredaksi.com, Jakarta – Ketua Fraksi PKB MPR RI, Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, menegaskan bahwa…

1 day ago

Menyiapkan Generasi Pembelajar Kritis dan Kreatif Lewat Deep Learning

Timredaksi.com, Salatiga - Seminar Nasional bertema “Deep Learning dalam Pembelajaran di Sekolah” diselenggarakan oleh Fakultas…

5 days ago

Keluarga Duka Zaverius Magai Sampaikan Terima Kasih kepada PT Freeport Indonesia dan PT Redpath Canada

Timredaksi.com, Mimika - Setelah melalui proses pencarian dan evakuasi yang berlangsung selama lebih dari 27…

5 days ago

Dukung Program MBG, FGMI: Demi Perbaikan Gizi Anak Bangsa

Timredaksi.com, Jakarta - Forum Generasi Milenial Indonesia (FGMI) mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) agar…

5 days ago

Pegadaian Resmi Luncurkan Super Apps ‘Tring!’: Integrasikan Seluruh Ekosistem Emas dan Keuangan Digital dalam Satu Genggaman

Timredaksi.com, Jakarta – PT Pegadaian menandai babak baru transformasi digitalnya dengan meluncurkan super apps terbaru,…

6 days ago

Satriani Wisata Menjelajahi Jejak Islam di Spanyol Sebagai Destinasi Utama Wisata Muslim

Timredaksi.com, Jakarta – Spanyol semakin populer sebagai destinasi wisata muslim dunia. Negara yang dikenal dengan…

2 weeks ago