
Jakarta – Pakistan telah mengkarantina 20.000 jamaah tabligh dan masih mencari puluhan ribu lainnya yang ikut menghadiri pertemuan Islam di Lahore bulan Oktober lalu ditengah pandemi virus coronavirus Covid-19 yang memburuk.
Dilansir dari New Straits Time, Selasa (7/4/20), Pihak berwenang Pakistan mengatakan akan melakukan tes atau mengkarantina mereka yang berkumpul di acara yang diadakan oleh Jamaat Tabligh pada 10-12 Maret karena dikhawatir mereka sakan menyebarkan Covid-19 di seluruh Pakistan dan luar negeri.
Lebih dari 100.000 orang ikut ke pertemuan tersebut, tidak terpengaruh oleh permintaan pemerintah untuk membatalkan kegiatan tersebut ketika virus corona melanda Pakistan.
Di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut, sejauh ini pihak berwenang telah mengkarantina 5.300 jamaah tabligh yang menghadiri pertemuan di Lahore.
“Para pejabat kesehatan sedang melakukan tes virus corona dan beberapa dari mereka telah dites positif,” kata Ajmal Wazir, juru bicara wilayah itu.
Wazir mengatakan ribuan jamaah Tabligh dari provinsinya terdampar di wilayah lain karena penutupan jalan raya utama di seluruh negeri.
Sekitar 7.000 telah dikarantina di pusat kota Punjab Lahore, sementara di provinsi Sindh selatan hingga 8.000 jamaah tabligh telah dikarantina, kata pejabat pemerintah.
Virus corona telah menewaskan sedikitnya 45 orang di Pakistan tetapi dengan pengujian terbatas, pengamat khawatir jumlahnya jauh lebih tinggi.
Jamaah Tablighi dianggap sebagai salah satu gerakan berbasis agama terbesar di dunia, dengan jutaan pengikut, khususnya di Asia Selatan, dan mengirimkan para pengkhotbah ke negara-negara untuk menyebarkan ide-ide Islam.
Banyak warga negara asing menghadiri kegiatan tahun ini termasuk Cina, Indonesia, Nigeria dan Afghanistan, kata penyelenggara.
Sekitar 1.500 orang asing sekarang dikarantina di Pakistan, tetapi yang lain meninggalkan negara itu tanpa diuji.
Kementerian kesehatan Gaza mengkonfirmasi bulan lalu bahwa dua kasus pertama virus corona adalah warga Palestina yang menghadiri pertemuan itu.